Metode Mengembangkan Anak (Referensi I)

ANAK DAN METODA INSTAN MENGEMBANGKAN ANAK

tulisan seorang teman di FB-nya label anak. Baca tulisannya mengingatkan kita, betapa kita terutama saya, selalu ingin membentuk pribadi anak, merubah pribadi anak, menjadi yang terbaik, terbagus, tapi mungkin caranya salah. Mari dibaca, kita cari yang terbaik untuk anak-anak kita.

Semenjak keluar dari perusahaan penerbitan pencetak milyarder laskar pelangi, Saya kemudian memutuskan untuk kembali menekuni bidang asistensi pelajar dan mahasiswa. Bertubi- tubi teman- teman baru datang menawarkan kepada saya untuk memasukkan metoda yang dimilikinya di dalam salah satu materi training dalam program supermahasiswa maupun superpelajar. Ada metoda yang bisa mengubah perilaku orang dengan sangat cepat sekarang diterapi besok berubah. “Cara ini akan mampu mengubah anak malas menjadi rajin dalam waktu seketika, saya jamin, bahkan orang merokok yang ingin berhenti, besok pagi sudah pasti berhenti, saya jamin mas” demikian ungkapan salah seorang trainer metoda terapi tersebut meyakinkan saya seusai saya memberi training Superpelajar di Malang.

“Sungguh program saya ini tidak berpengalaman memotivasi orang hari ini kemudian esok hari ia telah berubah. Saya dan program saya hanya memahami bagaimana mengantar seorang anak mencapai cita-citanya, tahap demi tahap. Ini butuh waktu lama hingga kuliah semester 8, bahkan luluspun masih saya pantau. Untuk itu diperlukan kesabaran semua pihak. Orang tua, tentor, termasuk si anak didik itu sendiri. Tidak ada program saya yang instan bisa mengubah orang, mas. Jadi tidak match dengan terapi yang anda jelaskan kepada saya,” begitu kata saya menanggapi tawaran baik teman dari Malang ini.

Baru-baru ini, dengan kemajuan teknologi telah lahir sebuah metoda yang katanya lebih hebat. Metoda ini bicara tentang sebuah treatment singkat otak anak anda. “Jika otak anak anda telah ditreatment dengan metoda ini, maka anak kita bisa hebat, malah ada yang bisa membaca buku tanpa membuka buku, disebutkan pula ia bisa menembak sasaran dengan tepat dalam mata tertutup. Anak anda bisa menjadi patuh dan cerdas dengan cara ini,” tutur seorang ibu kepada saya dengan bersemangat dalam sebuah diskusi penyelenggaraan even pelatihan untuk pelajar baru-baru ini. “Treatment yang dipakai diantaranya yaitu memasukkan anak ke dalam ruangan yang dipenuhi sinar biru dan diperdengar dentingan suara-suara, selebihnya saya tidak tahu wong saya ngintip dari luar”, imbuhnya masih bersemangat.

Dua pernyataan dari seorang pakar dan seorang ibu yang anaknya ikut sebuah treatment otak di atas semakin membuat takjub saya pada apa yang disebut teknologi pengembangan manusia masa kini. Semua bisa berubah seketika. Mungkin ini yang disebut lebih quantum dari quantum. Seseorang meloncat dari perbuatan buruk ke perbuatan baik begitu saja. Seseorang tiba-tiba menjadi pintar matematika setelah sehari sebelumnya sangat tidak faham kutak-katik matematika. Terus terang saya membutuhkan waktu lebih dari satu semester untuk mengubah seorang mahasiswa dari hampir di DO hingga memiliki IP 3,2. itupun karena aslinya si anak memang cerdas. Saya membutuhkan waktu lebih dari 4 bulan untuk membuat seorang mahasiswa super pendiam dan mudah menangis untuk bisa berbicara di depan umum dengan tenang. Saya membutuhkan waktu bahkan hingga 15 tahun untuk mengantar seseorang menjadi dokter saat ini. Metoda saya tertinggal demikian jauh. Benar-benar tertinggal. Pada saat metoda-metoda ini mengubah ratusan bahkan ribuan orang dalam waktu singkat. Saya membutuhkan waktu satu tahun untuk mengubah seorang anak dari tertinggal kelas hingga mendapatkan rangking tengah waktu itu. Sungguh nalar saya tidak mampu memahaminya. Jika saya menggunakan 2 metoda ini pasti laris program saya. Tapi tetap saja hati saya ragu-ragu untuk menggunakan 2 metoda di atas.

Sehingga saya merasa harus berkonsultasi dengan seorang uztad. Seseorang salafus salih yang jika memimpin sholat, lembut dan menyejukkan suaranya. Betapa lamapun ia membaca surat, tidak satu pun jamaah yang komplain, melainkan hanya kasak kusuk di belakang memuji beliau. Ia pun seorang muroqi (perukiyah) yang saya tahu telah banyak membantu orang keluar dari pengaruh jin. Saya menanyakan metoda metoda modern tersebut, apakah tidak ada unsur jin di dalamnya. Saya mengungkapkan keraguan saya.“Kalau anda ragu maka tinggalkanlah, begitu yang diajarkan Rosululloh kepada kita” demikian beliau mengawali pembicaraanya. Kita perlu waspada bahwa berbagai metoda tersebut bukan tidak mungkin disusupi kerjasama dengan jin. “Lho bukankah metoda itu lahir di luar negeri?” Demikian tanya saya. “Apakah anda anggap di luar negeri tidak ada jin, Jin ada dimana-mana dan setan adalah musuh manusia yang nyata-nyata ingin mengelirukan manusia dimanapun dan dengan jalan apapun”, demikian beliau bertanya balik dan menambahkan. Kemudian kami terlibat dalam sebuah diskusi yang cukup panjang. Yang intinya ya itu tadi, jika ragu tinggalkanlah. Beliau tidak mengatakan bahwa metoda metoda-metoda tersebut memanfaatkan jin. Tetapi melihat cara-caranya dan hasilnya, ustad ini ragu bahwa itu tidak menggunakan jin. Maka saya hanya diminta untuk tetap dengan metoda saya tersebut. Semoga membawa manfaat dan barokah demikian beliau mengakhiri diskusi kami.

Teman, tekanan industri pendidikan kepada anak dengan berbagai beban yang ditanggungkan kepada anak telah membuat banyak orang tua menjadi pragmatis. Apapun ditempuh untuk menghasilkan anak yang super cerdas demi sekedar bisa dibanggakan atau tidak membuat malu orang tua. Apa saja akan dicoba oleh orang tua, sehingga dengan berbagai metoda yang bermunculan saat ini, anak seperti menjadi kelinci percobaan bagi orang tua. Dengan dalih adalah tanggung jawab orang tua mempersiapkan anak untuk bisa bersaing maka dalam berbagai diskusi tentang anak, saya sering tidak bisa berkata apa apa karena orang tua lebih sering ngotot dan tidak mau melakukan koreksi. Terkadang sebagai orang tua baru saya berfikir hal ini tidak fair untuk anak. Tidakkah mereka memiliki hak untuk berproses seperti kupu-kupu. Ia sabar menjadi ulat yang memang tidak memiliki sayap untuk terbang. Sabar untuk berpuasa dan tekun di dalam kepompong untuk merajut sayap dan mempersiapkan diri menjadi dewasa dan bisa terbang. Menjadi kupu kupu dewasa sesungguhnya.

Jika orang tua memaksa anak, maka anak bisa lumpuh seperti kepompong yang disobek dindingnya dan dibantu keluar oleh kita. Ia belum siap terbang dan kemudian benar-benar tidak bisa terbang.

Saya berharap metoda metoda instan itu adalah benar benar hasil dari pemikiran hebat manusia seutuhnya. Sehingga saya bisa bersyukur bahwa ada metoda modern yang mampu mengubah dengan seketika generasi kita menjadi generasi yang unggul. Meskipun, saya akan tetap menggunakan metoda klasik saya untuk membimbing anak Indonesia menjadi generasi berkualitas di masa yang akan datang. Wallahu alam (Budi Pangestu, asisten anda untuk sukses)

Source : http://aiziz.multiply.com/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengembangkan Anak yang Kreatif

Kreativitas merupakan suatu pilihan, bukan bakat. Setiap anak berpotensi menjadi kreatif. Dalam teori perkembangan, John Locke menyatakan bahwa setiap anak sewaktu baru lahir, diibaratkan selembar kertas putih, bagaimana ia kelak, tergantung apa yang ditulis diatasnya.

Jadi, potensi menjadi seorang anak yang kreatif juga tidak membedakan ia laki-laki ataupun perempuan. Walaupun seringkali kita mendengar stereotip yang membedakan keduanya, seperti anak laki-laki lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat fisik atau mekanis, sedangkan anak perempuan lebih tertarik pada hal yang imajinatif, domestik ataupun yang berkaitan dengan pengasuhan.

Sejak fase perkembangan sensori motorik, anak dapat diarahkan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar sehingga mendukung perkembangan kreativitasnya agar lebih optimal. Salah satu cara mengembangkan kreativitas anak adalah melalui kegiatan menggambar dan mewarnai. Melalui kegiatan tersebut, anak akan menjadi bebas berekspresi. Sering kita melihat anak menggambar dengan bentuk yang kurang jelas, seperti bulatan-bulatan yang disebutnya sebagai gambar pohon, lalu ia mewarnai pohon tersebut dengan warna merah. Itulah yang dinamakan imajinasi sebagai bagian dari kreativitas. Kita tidak perlu membatasi anak dengan menekankan bahwa gambar pohon seharusnya seperti apa, atau warna pohon sesungguhnya adalah hijau, karena hal tersebut justru dapat menghambat daya imajinasi dan juga kreativitas anak-anak.

Selain itu, melalui kegiatan menggambar dan mewarnai, juga dapat mengembangkan kemampuan motorik halus, serta anak dapat belajar mengenal warna. Jadi, sebenarnya orangtua tidak perlu membeli alat-alat permainan konstruktif yang mahal untuk mengoptimalkan daya kreativitas anak, cukup dengan menyediakan kertas dan juga pensil warna. Dorongan dari orangtua melalui pujian yang menunjukkan bahwa karya yang dihasilkan anak dihargai, dapat mendukungnya untuk lebih mengembangkan kemampuan kreativitas.

Jadi, perlu kita ketahui, coretan maupun goresan warna terkadang tidak begitu berarti bagi orang tua, namun dalam perkembangan anak usia dini hal itu menjadi sangat berarti.

Sumber: Buletin PAUD ANAK CERIA UNAIR Volume II Tahun II

Source : http://www.id2.untukku.com/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengembangkan Imajinasi Anak

Mengembangkan imajinasi anak merupakan upaya untuk menstimulasi, menumbuhkan dan meningkatkan potensi kecerdasan juga kreativitasnya di masa pertumbuhannya. Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk diekspresikan dengan efektif. Mengapa imajinasi anak harus dikembangkan?

Sebuah imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif.

Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”. Hal ini sangat wajar karena seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya.

Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun, imajinasi juga bisa muncul secara murni dan orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan kelebihan dan kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan. Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan kreatifnya, serta membuatnya lebih produktif karena potensi dan kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuhkembangnya daya cipta dalam diri anak yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya. Apa saja manfaat imajinasi anak? simak sekelumit penjelasan berikut ini.

Manfaat Imajinasi Anak
Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan tumbuhkembangnya kreativitas dalam diri anak. Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi perkembangan dan kepribadian anak.
  • Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.
    Menurut Dorothy Singer, seorang profesor psikologi dari Yale University, anak-anak yang aktif berimajinasi cenderung lebih cerdas dan mudah bersosialisasi saat berada di sekolah. Dengan berimajinasi, anak melibatkan kapasitas otaknya, sehingga kecerdasan otak lebih terasah. Dalam berimajinasi, tentu saja ia sering kali memainkan peran sebagai tokoh tertentu yang tidak selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari, ia lebih mudah berkomunikasi, memerankan perannya sebagai anak, teman bahkan ibu atau guru. Ia juga memiliki banyak cerita berkaitan dengan imajinasinya yang akan semakin memudahkannya berceloteh, ngobrol dengan teman dan lingkungan sosialnya. Semua ini bisa membuat anak lebih mudah memecahkan suatu persoalan karena ia akan memiliki sudut pandang yang berbeda atas suatu masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan imajinatifnya.
  • Mahir menganalisa, aktif dan berpikir kreatif.
    Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan kreatif. Imajinasi akan menstimulasi gerak tubuh, emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan sebuah tindakan kreatif. Dalam kondisi tertentu, semua yang dilakukannya, dilihatnya dan didengarnya akan dianalisanya, sehingga dengan berimajinasi ia lebih mahir menganalisa kejadian, sesuatu atau masalah yang dihadapinya.Dapat dikatakan, imajinasi membuat anak lebih kreatif dalam berpikir dan bertindak. Ia akan mencoba menganalisa sesuatu dengan kemampuan imajinatifnya itu, menuntun dan merunutnya dengan logika apa saja yang bisa dan mungkin terjadi. Di masa depan, kemampuan ini sangat membantu karena permasalahan hidup akan semakin kompleks dan heterogen.
  • Memperkaya pengetahuan anak.
    Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak semakin bermunculan dan berkembang. Hal ini akan semakin mengasah dan mendorong rasa keingintahuannya. Keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk mencari, menggali lebih dalam dan berkesperimen untuk memuaskan keingintahuannya tersebut. Semakin banyak yang digali dan dicoba, semakin kaya pula pengetahuannya. Proses menggali dan mencari ini bisa dilakukannya melalui kegiatan bermain dan ragam permainan, membaca atau bertanya langsung.
  • Lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing.
    Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak merasa nyaman. Ketika ada dukungan dan dorongan untuk mengekspresikannya, ia akan merasa percaya diri. Kepercayaan diri ini akan membuatnya lebih siap dan mampu bersaing di lingkungannya karena secara tidak langsung keterlibatan emosi, gerak tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi membekalinya kesiapan mental untuk bersaing. Keberanian dan kesiapan bersaing, tidak selalu berdampak negatif karena kesiapan ini justru bisa membuatnya semakin mandiri dalam melakukan aktivitasnya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang tuanya.
  • Memunculkan bakat anak.
    Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan memunculkan bakatnya yang mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri universal yang khusus, pembawaan yang luar biasa sejak lahir yang dapat berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh lingkungan. Berimajinasi bisa membuat anak menemukan arti kenyamanan yang bermuara pada bakatnya, sehingga yang muncul dari imajinasinya tersebut adalah bakatnya sendiri. Penting kita ketahui bahwa dalam imajinasi itu ada dua hal bermakan yakni inovasi dan kreasi. Kedua hal bisa optimal dengan peran bakat, minat serta dukungan lingkungan (suasana) yang menyenangkan.
Dengan mengetahui manfaat imajinasi anak tersebut, orang tua bisa lebih memahami cara menyikapi, mengasah dan mengembangkan imajinsi anak untuk perkembangan dan kepribadian anak. Bagaimana caranya? Berikut penjelasannya.

Cara Mengembangkan Imajinasi Anak
Sebagai orang terdekat yang memiliki ikatan batin kuat dengan anak, orang tua merupakan “pemeran” yang sangat dibutuhkan dalam mengasah dan mengembangkan imajinasi anak secara optimal, sehingga manfaat imajinasi tersebut menjadi energi yang bersinergi terhadap kecerdasan, perkembangan dan kepribadiannya.
  • Pertama, orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan aktif terhadap imajinasi anak. Aktif berarti memberikan respon yang baik, menstimulasinya dengan pertanyaan-pertanyaan kreatif dan mendorongnya untuk berekspresi baik secara verbal maupun non verbal. Orang tua bisa saja mengarahkan anak untuk menuliskan imajinasinya dalam diary atau menulisnya dalam bentuk sebuah karya tulis jika anak sudah mampu baca-tulis, Seperti Sri Izzati yang berhasil meraih rekor MURI sebagai penulis novel termuda (8 tahun) melalui judul “Kado Untuk Ummi”.
  • Kedua, ajak anak kita bermain karena bermain merupakan dunianya. Biarkan anak bebas menentukan pilihan dan melakukan permainan tertentu sesuai keinginannya, asalkan sesuai dengan kemampuan berpikir serta fisiknya. Bermain peran bisa menjadi pilihan tepat, orang tua bisa lebih cermat memberikan pilihan peran bagi mereka. Permainan peran membantu perkembangan emosi anak dan memudahkan mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Gunakan alat bantu yang tidak membahayakan anak, seperti kartu, mobil-mobilan atau boneka untuk membantu mereka bermain peran. Misalnya, anak berperan sebagai ayah dan ibu memerankan boneka sebagai anaknya. Pendampingan dan kebebasan akan mengeratkan ikatan batin dan membuat anak merasa lebih dihargai dan percaya diri.
  • Ketiga, orang tua jangan terlalu banyak melarang anak , termasuk melarangnya menangis dan tertawa di saat yang tepat karena larangan bisa saja menghambat imajinasi dan membatasi kreativitasnya Berikan pernyataan yang bersifat anjuran agar anak merasa termotivasi. Pernyataan yang bersifat anjuran akan memberi motivasi positif pada anak. Misalnya, menyatakan “Ade bisa jatuh kalau lompat seperti Spiderman karena Ade belum kuat. Mendingan Ade bantu Ibu, kan Spiderman suka menolong orang.” lebih baik daripada menyatakan “Jangan lompat, nanti kaki kamu patah!”.
  • Keempat, perdengarkan musik yang sesuai dengan ritme jantung dan denyut nadi, bacakan buku cerita, komik atau dongeng, serta dampingi anak bermain komputer dan belajar menulis karena semua hal tersebut akan merangsang dan membantu mengembangkan imajinasi anak.
  • Kelima, ciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak. Seperti halnya belajar dan menerapkan metode mendidik, suasana nyaman dan menyenangkan akan membuat imajinasinya berkembang. Perhatikan pula letak benda-benda yang bisa membahayakan anak, seperti gunting, pisau, atau barang yang mudah pecah. Imajinasi dan kreativitas anak seringkali tidak terduga, sehingga orang tua patut mengantisipasinya sejak awal.
Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati), imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang dengan baik, menjadi sebuah ide dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadiannya. Semoga, kita  bisa terus belajar dan mendapatkan pembelajaran dari anak-anak kita. (Nia Hidayati)

Source : http://niahidayati.net/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia Dini Melalui Peta Pikiran


kreativitas-300x212
Pada dasarnya semua anak kreatif, orang tua dan guru hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Di dalam pendidikan anak usia dini, orang tua dan guru bukanlah pengajar. Orang tua dan guru diharapkan memberikan stimulasi pada anak, sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak.

Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa, dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respon berbeda sehingga harus tumbuh dalam keseimbangan.

Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghafal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar dan mengajar di sekolah atau di mana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak itu sendiri. Masalah-masalah lain muncul ketika anak berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami kesulitan berkonsentrasi ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan suatu alat untuk membantu otak berpikir secara teratur.

Peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Peta pikiran merupakan alat yang membantu otak berpikir secara teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan memetakan pikiran-pikiran.
Untuk mengajak anak membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat Peta pikiran :
  • Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan mendatar.
  • Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar melambangkan topik utama.
  • Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup.
  • Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
  • Buatlah garis hubung yang melengkung.
  • Gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis.
  • Gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata.

Peta pikiran memberikan banyak manfaat. Peta pikiran memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada.

Keuntungan lain yaitu mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan, dan diingat.

Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu: membantu dalam mengingat, mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus, mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas.

Source : http://ksupointer.com/
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cara berpikir cerdik, kritis & ilmiah

Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita sekarang ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemempuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemempuan anak untyuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dengan adanya srtategi pembelajaran diharapkan peserta didik kita akan menjadi lebih baik dan dapat dengan mudah menerima pembelajarannya, serta dapat langsung di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bertujuan

Pembaharuan strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencananan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujun pendidikan tertentu ( Wina Sanjaya, 126, 2009).

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6). Standar proses pendidikan sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pemgendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas dan proses pembelajaran.

Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.

Strategi-strategi dalam pembelajaran

a. Strategi pembelajaran siswa aktif

Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatau peperangan. Dalam dunia pendidikan srtategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular aducational goal (J. R. David, 1975). Jadi dengan demikian srtategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesaim untuk membelajarkan siswa. Artinya, system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).

Dalam kegiatan pembelajaran PBAS diwujudkan dalam berbgai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, akan tetapi juga ada yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Kadar PBAS tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional..

b. Strategi pembelajaran inkuiri (SPI)

Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajjran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. SPI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ciri utama SPI, pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, SPI menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dalam srtategi ini siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi pelajaran tetapi dapat mengguanakan potensi yang yang dimiliki.

c. Strategi pembelajaran berbasis masalah

Strategi pembelajaran berbassis masalah (SPBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat cirri utama SPBM ,yaitu Pertama, SPBM merupakan rangkaian pembelajaran, yang tidak mengharapkan siswa hanya datang, duduk, dan mendengarkan dan mencatat kemudian menghafal materi pelajaran tetapi siswa diharapkan aktif berpikir, mencari dan mengolah data, dan mengumpulkan data. Kedua, aktivitas pembelajaran digunakan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat diambil dari buku teks atau dari sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar atu peristiwa keluarga.

Berbeda denga SPI, masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka.SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui pemecahan data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Materi yang diberikan atau topic yang diberikan tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi dapat bersumber dari peristiwa-periatiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

d. Srategi pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsure penting dalam sratategi pembelajaran kooperatif (SPK), yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empata sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian diberikan pada setiap kelompok. Setiap kelompok akan menerima hadiah (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajara melalui kooperatif dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif, yaitu perspektif social, perspektif motivasi, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.

e. Strategi pembelajaran kontekstual

Contextual Teaching and Leraning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama, CTL menekankan kapada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkaphubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswadapat memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka untuk mengarungi kehidupan.

Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

Metode merupakan cara yang diterapkan guru untuk menciptakan situasi pengajaran dalam kelas dapat menyenagkan dan mendukung bagi kelancaran dan proses belajar siswa serta mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang memuaskan. Guru dalam memilih atau menggunakan metode harus memperhatikan kindisi siswa serta dapat menggunakan dan menerima respon dari siswa.

Tekhnik pembelajaran

Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.

Teknik dan taktik mengajar merupakan bagaimana melakukan atau melaksanakan dari suatu metode atau cara seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode. Sehingga teknik dan taktik ini bersifat individual tergantung sipa yang mengajar, walau sama-sama menggunakan metode mengajar yang sama namun taktik dan teknik yang digunakan setiap guru berbeda-beda. Sehingga dapat diketahui bahwa strategi pembelajran yang di terapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalamkan strategi itu dpat diterpkan berbagai metode pembelajaran.

B. Pendidikan yang Menjadikan Anak Kritis, Kreatif dan Problem Solver

Berpikir kritis (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk melakukan analsis, menciptakan dan menggunakan kriteria secara objektif, dan melakukan evaluasi data.

Berpikir kreatif (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit untuk menghasilkan ide yang baru dan orisinal. Berpikir kreatif meliputi

a. Kemahiran : kemahiran menghasilkan banyak ide

b. Flekbilitas : kemampuan meghasilkan ide-ide yang berbeda.

c. Originalitas : kemampuan menghasikan ide yang unik

d. Elaborasi :kemampuan menghasilkan hal yang bersifat detail

e. Sintesis : kemampuan menggabungkan komponen-komponen atau ide menjadi suatu rangkaian pemikiran yang baru.

Berpikir kritis (Dalan Johonson, Elaine B, 2008) merupakan sebuah proses penting, terarah, dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan sebagainya. Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman baru. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinal.

Di sekolah dasar, anak-anak harus melakukan langkah-langkah kecil dahulu sebelum akhirnya menjadi terampil berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkatan kelas, yang pada akhirnya mereka akan terbiasa berpikir, berlogika, mengidentifikasi, menemukan, dan terbentuk pribadi yang kreatif. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa menemukan kebenaran dalam berpikir dan bertindak. Siswa sebagai pemikir kritis dan kreatif akan berusaha memecahkan masalah, mengambil keputusan, mempertimbangkan dan mengambil tindakan moral kemudian mereka akan memahami, mencari makna, memperhatikan sudut pandang orang lain untuk kehidupannya sehari-hari.

Contoh sederhana siswa kritis dan kreatif akan melibatkan rasa ingin tahu dan bertanya kepada guru. Guru harus mendorong siswa untuk berpikir, misalnya mengapa sebuah benda beroperasi seperti itu, atau mengapa sebuah benda selalu melakukan seperti itu.

Siswa sebagai pemikir kritis dan kreatif akan membangun hubungan di antara hal-hal yang berbeda yang alami. Kemudian otak akan menemukan pola, menemukan kemungkinan-kemungkinan/penemuan baru dan menakjubkan, yang tidak terpikir dan terduga, oleh kita. Mereka akan menyukai asosiasi bebas, imajenatif, dan intuisi.

Dorongan guru meyakinkan siswa bahwa mereka mampu menghasilkan sesuatu yang baru adalah sangat penting. Guru juga tidak hanya memberikan sesuatu yang sudah dikenal maupun memberikan sesuatu yang unik, dengan ide-ide yang orisinal dan tindakan kreatif guru. Siswa akan berpikir kritis dan kreatif memang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh. Aktivitas mental, seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi dan ide dengan pikiran terbuka, membangun keterkaitan diantara hal-hal yang berbeda atau sama, dan menerapkan imajinasi pada situasi tertentu untuk penemuan dan hal yang baru atau berbeda dari yang lain, serta mendengarkan intusi dalam dirinya.

C. Teori Hemisphere, Perkembangan Intelek dan Kreativitas

Menurut teori hemisphere atau belahan otak atau juga sering disebut teori otak kanan otak kiri, otak terbagi kedalam dua belahan yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas. Belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika. Belahan otak kiri berespons pada pendapat. Belahan otak kanan berhubungan dengan proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang; Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Belahan otak kiri berhubungan dengan bilangan/angka, kata-kata, logika, urutan atau daftar, dan detail atau rincian-rincian. belahan otak kiri berrsifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Contoh Dalam belajar misalnya, kita dapat berpikir sambil mendengarkan musik yang memang kita sukai.

Cara mengembangkan kreatifitas pada anak jika otak kanannya terhambat:

1. Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir.

2. Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera

3. Biasakan Rapi dan Disiplin

4. Musik, Seni dan Olah Raga

5. Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar

Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). Sedangkan menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru.

Jadi intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual:

1. Faktor Pembawaan (Genetik)

Banyak teori dan hasil pnelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi” individu.

2. Faktor Gizi

Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang

memberikan energi / tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.

3. Faktor Kematangan

Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu :

    a. Periode sensori motorik (0-2 tahun)

    b. Periode pra operasional (2-7 tahun)

    c. Periode operasional konkrit (7-11 tahun)

    d. Periode operasional formal (11-16 tahun)

Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.

4. Faktor Pembentukan

Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.

5. Kebebasan Psikologis

Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual.

D. Menjadikan Anak Kritis

Karakteristik berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

a. Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan

E. Menjadikan Anak Kreatif

Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)

Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:

    a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:

        (1) keterampilan berpikir lancar (fluency);

        (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);

        (3) keterampilan berpikir orisinal (originality);

        (4) keterampilan memperinci (elaboration); dan

        (5) keterampilan menilai (evaluation).

    b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang

    (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:

        (a) rasa ingin tahu;

        (b) bersifat imajinatif/fantasi;

        (c) merasa tertantang oleh kemajemukan;

        (d) sifat berani mengambil resiko;

        (e) sifat menghargai;

        (f) percaya diri;

        (g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan

        (h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999

F. Menjadikan Anak Problem Solver

Problem solver atau Pemecahan masalah adalah proses mental dan merupakan bagian dari proses masalah lebih besar yang meliputi masalah menemukan dan membentuk masalah. Pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol rutin atau fundamental keterampilan lebih. Sifat metode pemecahan masalah manusia telah dipelajari oleh psikolog selama seratus tahun terakhir

Ada beberapa metode belajar memecahkan masalah, termasuk; introspeksi, behaviorisme , simulasi , komputer pemodelan dan eksperimen .

Dalam pembelajaran banyak guru yang mengartikan belajar siswa hanya membaca, menghafal, dan mampu mengulang informasi. Konsep ini menyatakan bahwa pendidikan “menjadi tindakan menyimpan, di mana siswa adalah deposit dan guru adalah nasabah yang bersangkutan. Konsep perbankan pendidikan tidak mendorong siswa untuk terlibat dalam pemikiran kritis, sebaliknya, mengharuskan siswa untuk menjadi pasif dan menerima fakta-fakta seperti yang diberikan tanpa memiliki pilihan untuk bertanya atau berdebat.

Pada hal ini seorang guru harus menghilangkan pemikiran-pemikiran tersebut dan dapat memecahkan masalah tersebut, yaitu antara lain dengan pertama, siswa diberi kesempatan memahami nilai dan pentingnya subjek, maka mereka akan bersedia untuk mencurahkan waktu dan energi untuk mempelajari materi pelajaran. Kedua, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dan berkolaborasi ide-ide mereka, maka belajar mereka akan ditingkatkan. Ketiga, siswa perlu berlatih belajar aktif. Siswa tidak hanya belajar dengan duduk di kelas mendengarkan guru, menghafal tugas pra-paket, dan menyemburkan jawaban.

Tetapi untuk benar-benar mempelajari materi pelajaran mereka harus berbicara tentang apa yang mereka pelajari, menulis tentang hal ini, mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari mereka.

Inilah masalah yang masih banyak ditemui dalam pembelajaran dan harus segera diselesaikan untuk mejadikan anak kritis dan kreatif.

Source : http://edukasi.kompasiana.com/

Wê-Zëd

"Jam ± 05.00 – 05.30 bangun pagi lalu (biasanya lanjut kegiatan MCK, baru->) sholat shubuh, Jam ± 07.15 – 07.20 waktu berangkat ke kantor, Jam ± 12.15 – 13.30 ISHOMA (Istirahat, Sholat Dzuhur, Makan), Jam ± 15.30 (Sholat Ashar di kantor bila memungkinkan), Jam ± 16.00 – 17.00 (pulang ke rumah lanjut ISHOMA), Jam ± 17.45 – 18.30 (kegitan MCK, lanjut) Sholat Maghrib, selanjutnya santai nonton TV sambil ngemil atau makan lagi, Jam ± 19.30 – 20.00 Sholat Isya’, menyambung nonton TV dan lainnya, sekitar Jam ± 22.00 – 23.30 merebahkan diri untuk tidur dan melanjutkan kehidupan hari berikutnya."

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak