Dimulai Dari Cerita Binatang
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa anak-anak suka sekali dengan binatang. Matanya yang bening akan membeliak lucu ketika melihat kucing, anjing, ular di kebun binatang, ikan di akuarium, tokek di balik lemari, dan binatang lainnya.
Jika ada setumpuk buku dengan berbagai macam tema, dapat diperkirakan bahwa sebagian besar anak kecil akan lebih dulu tertarik dengan yang temanya binatang.
Sebuah survei kecil dari para pendongeng pun menemukan bahwa memang anak-anak kecil paling suka didongengi kisah binatang.
Setidaknya ada empat manfaat cerita binatang bagi anak-anak :
Kemudian, ternyata dengan cerita binatang juga kita dapat mengenalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Al-Qur'an memuat banyak kisah dan tema berkaitan dengan binatang.
Misalnya, kita bercerita tentang ikan paus, penyelamat Nabi Yunus, ketertarikan anak akan terbangun. Saat itulah, anak merasa siap untuk mengetahui lebih jauh tentang kisah Nabi Yunus di Surah Yûnus. Demikian juga dengan kisah semut dan rayap dengan Nabi Sulaiman, ular dengan Nabi Musa, anjing dan Ashabul Kahfi, gajah dengan pasukan Abrahah, unta, lebah, sapi, kuda dan lain sebagainya. Tentunya akan lebih berkesan belajar dengan cerita dibanding sekedar menghafal arti ayatnya.
Demikianlah, mengajarkan sesuatu yang baik pun perlu cara yang kreatif. Selamat menggali kisah binatang dalam Al-Qur'an.
(dikutip dari berbagai sumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apakah Kita Menghambat Kreatifitas Anak ?
Kabarnya nih, masa depan itu milik orang kreatif...! Bagaimana dengan anak kita yaa.... Mari kita bercermin sebentar...
Cerita I :
Seorang anak berusia 5 tahun baru saja selesai menggambar beberapa ekor anak ayam yang baru menetas. Dilihat dari hasil gambarnya jelas sekali anak tersebut mempunyai persepsi yang baik tentang bentuk, keseimbangan, proporsi, dan memilih warna yang tepat.
Kemudian anak tersebut berdiri dan mundur sedikit ke belakang, melihat dengan kening berkerut dan kembali mendekati gambar anak ayam tadi untuk memperhatikannya lebih dalam.
Setelah menatapnya sesaat, ia mengambil kembali kuasnya dan dengan hati-hati digoreskannya kuas yang berlumuran cat biru ke sekeliling kertas sehingga membentuk pinggiran biru yang mengelilingi gambar anak ayam tersebut. Dia hampir selesai mengerjakan hal ini ketika seorang dewasa melihatnya dan berkata : "Oh sayang, jangan kau rusak gambar anak ayam yang bagus dan lucu itu dengan pinggiran warna biru...."
*****
Cerita II :
Seorang anak berusia 3 tahun sedang mengikuti lomba mewarnai di sekolahnya. Dia memperhatikan gambar pohon di depannya dan setelah berpikir sesaat dia mengambil krayon warna merah dan siap mewarnai pohon tersebut.
Saat itulah ibunya yang duduk di sampingnya dengan sigap berkomentar,"Pohon warnanya apa? Masak merah?" Si ibu kemudian mengambil warna coklat dan memberikannya kepada anaknya,"Batangnya warna ini, terus nanti daunnya warna hijau ya...?!".
Setelah itu si ibu sibuk mengatur anaknya agar mewarnai dengan rapih, tidak keluar garis, dan mendiktekan warna apa saja yang boleh digunakan.
*****
Cukup familiarkah dengan cerita di atas?
Pernahkah melakukannya ke anak Anda? Hayoo, pernah ya...?
Pernahkan berpikir : "Apakah yang kita lakukan selama ini kepada anak-anak kita sudah meningkatkan kreativitasnya? Atau bahkan menumpulkannya?
*****
Kreativitas adalah suatu istilah yang sukar untuk didefinisikan. Di bawah ini beberapa definisinya :
"Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk merespon secara emosional dan intelektual terhadap pengalaman-pengalaman panca indera." (Brierly, 1987)
"Kreativitas adalah sebuah proses interaksi yang luar biasa antara pemikiran otak kiri dan otak kanan." (Wycoff)
"Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru." (http://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitas)
Ada banyak definisi, tapi yang paling sederhana yang bisa kita pahami adalah....
"Orang kreatif akan menemukan banyak cara untuk memecahkan masalahnya. Dengan kreativitas yang cukup maka anak-anak kita akan memiliki daya tahan yang tangguh menghadapi masalah-masalah yang akan mereka hadapi di masa depan."
Naah, sebetulnya kata Pak Marzollo an Lloyd, 1972...
"Kreativitas pada dasarnya adalah suatu sikap yang dengan mudah muncul pada anak-anak, tetapi harus dipertahankan dan diperkuat agar tidak menjadi korban dalam dunia kita yang terlalu logis." Jadi sebetulnya fitrah anak kita adalah kreatif, kitalah orang tuanya (dan orang dewasa di sekitar mereka), yang biasa menumpulkannya.... Wahh....
Ada banyak hal yang dapat menghambat kreativitas anak, banyak sekali. Kita bahas yang berkaitan dengan ilustrasi cerita di atas saja ya.....
Berseni rupa atau khususnya menggambar, adalah hal yang membuka kemungkinan anak-anak untuk mencurahkan isi hati mereka. Nah, proses kreatif ini sering sekali diganggu oleh orang tua berupa :
Sayangnya, hal inipun sering dilakukan oleh para pendidik anak-anak kita di sekolahnya, padahal.....
"Pengalaman-pengalaman awal anak balita di kelompok bermain dan TK berdampak besar terhadap masa depannya. Pengalaman-pengalaman ini jauh lebih penting dalam membangun masa depannya daripada pilihan perguruan tinggi di kemudian hari." (Striker, 1986).
Psst, kata Picasso... "Khazanah pengetahuan yang tersimpan dalam benak seorang anak akan sangat mewarnai kreativitas yang ditampilkannya. Makin banyak pengetahuan yang terekam, makin kuat pula dasar yang dimilikinya untuk membangun kreativitas."
(dikutip dari bahan seminar Mizan Dian Semesta Desember 2008)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jangan Biarkan Anak Kita Miskin Pengalaman Visual!
"Jangan Biarkan Anak Kita Miskin Pengalaman Visual!"
Begitulah judul email yang saya dapat dari tim promosi Mizan. Bikin penasaran, dan setelah saya baca isinya ternyata sangat menarik sekali. Saya langsung terpikir pasti akan sangat bermanfaat juga untuk rekan-rekan, tentang perlunya anak memperkaya pengalaman visualnya.
Ada pemaparan gaya-gaya ilustrasi media Mizan yang terbaru dan wawancara khusus dengan ilustrator media Mizan, berisi alasan mengapa gaya ilustrasinya dibuat demikian. Info yang informatif, unik, sekaligus disampaikan dengan gaya yang kocak.
Karena banyak gambar dan warna jadi tidak saya sampaikan langsung di sini, tapi saya simpan di :
http://www.bukuspesial.com/jangan-biarkan-anak-kita-miskin.htm
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dia yang terpuji dan dapat dipercaya...
Siapa pun tentunya tahu bahwa Rasulullah adalah pribadi yang mulia. Ada banyak kisah mengesankan tentang kepribadian beliau. Salah dua yang mengesankan adalah dua riwayat di bawah ini....
Abdullah ibn Abi Hamzah memberikan kesaksian bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi dengan Muhammad. Tanpa sempat menyelesaikan perinciannya, tiba-tiba ia terpaksa berangkat untuk suatu pekerjaan yang penting sambil menjanjikan akan segera kembali serta menetapkan batas waktunya. Namun, ia lupa. Ketika ingat - setelah tiga hari - ia pun kembali ke tempat yang sama, dan menemukan Muhammad masih berada di sana sedang menantikannya. Muhammad tidak mengatakan sesuatu selain mengingatkan, "Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu." (HR Abu Dawud).
Woow.... kalau orang biasa ngambek kali ya ditinggal begitu saja. Ini malah khawatir dan menunggu, sampai tiga hari lagi...!
Ini ceritanya satu lagi...
Suatu ketika Ummi Fadhl menimang-nimang bayi. Lalu, Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya. Tiba-tiba sang bayi buang air kecil dan membasahi pakaian Rasul. Umm Fadhl segera merenggut dengan keras bayi itu dari gendongan beliau.. Maka, Rasul pun menegurnya, "Air dapat membersihkan pakaianku. Tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan sang bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?"
Rupanya Nabi Saw. sadar bahwa perlakuan demikian dapat berbekas dalam jiwa sang bayi dan dapat menimbulkan rasa rendah diri yang terus terbawa hingga dewasa. Bukankah sebagian besar kompleks kejiwaan dapat dikembalikan penyebabnya pada pengalaman negatif masa kecil?
Wah, betapa sesuainya dengan teori psikologi modern.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dimulai dari yang unik dan menarik
Tidak semua anak bisa dengan mudah menyukai kegiatan membaca, kadang mereka kelihatan kurang tertarik, lebih suka bermain, dan enggan duduk sejenak untuk membaca buku.
Sebenarnya hampir semua hal menarik di mata anak kecil. Dengan demikian rasa ingin tahunya yang tinggi itu dapat dijadikan pintu masuk bagi kita untuk menyelami dunianya, sekaligus menariknya untuk membaca bukunya lebih lanjut.
Kita bisa menceritakan sedikit hal-hal menarik yang ada di buku tersebut, yang mungkin sebetulnya kita pun belum tau. Jadi betul-betul menarik bagi anak juga bagi kita, sehingga orang tua jadi teman belajar bersama yang asyik...! Misalnya saja info-info unik seperti ini....
"Ular, si Pembelit. Ular yang bertubuh besar tidak memiliki racun atau bisa. Tetapi, Allah Swt. memberikan mereka otot-otot yang kuat. Dengan kekuatannya itu, mereka membelit tubuh mangsanya. Setelah mangsanya mati karena kehabisan napas, ular akan menelannya bulat-bulat. GLEK!" (1)
"Agar dapat bergerak dengan cepat, salamander tidak menggunakan kaki dan tangannya untuk berjalan, tetapi menggerak-gerakkan perutnya. Gerakannya menyerupai gerak renang ikan." (2)
"Manusia membuat media untuk menulis dari kulit yang dihaluskan. Media itu disebut perkamen." (3)
"Penisilin merupakan obat untuk berbagai penyakit yang disebabkan bakteri. Penisilin terbuat dari salah satu jenis jamur yang bernama Penicillium chrysogenum. Kita dapat menemukan jamur ini pada roti yang membusuk." (4)
"Saraf terdiri dari sel-sel yang tampak seperti laba-laba yang disebut neuron." (5)
"Otot kelopak mata merupakan otot tercepat di tubuh kita. Dengan otot-otot itu, kita dapat berkedip lima kali dalam satu detik." (6)
Naah, setelah info-info menarik tersebut disampaikan, biasanya mereka jadi ingin tahu kelanjutannya dan siap untuk mulai membaca. Apalagi jika orang tua antusias, anak juga akan ketularan antusias dan ingin tahu. Setiap anak ada rentang waktu masa konsentrasinya sesuai usia, sehingga tidak perlu bersedih jika si anak hanya bertahan selama beberapa menit misalnya.
Selamat membaca bersama buah hati Anda....!
Menceriakan agenda Ramadhan anak
Tips dari Pelangi Mizan yang bisa diadaptasi ke kegiatan Ramadhan anak-anak.
Anak-anak akan lebih mudah mengingat suatu pelajaran jika semua inderanya terlibat. Penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, rasa, dan gerak.
Misalnya ketika mempelajari surat Al-Fiil. Pertama-tama bisa dibacakan dulu kisahnya, tentunya dengan gaya mendongeng yang menarik. Kemudian di waktu yang lain bisa disampaikan dengan membaca ayatnya, juga artinya. Kemudian bisa dilanjutkan dengan bernyanyi, menggambar atau membuat prakarya bertema pasukan gajah misalnya.
Lalu kalau di hari libur ada kesempatan, bisa ke kebun binatang untuk melihat gajah betulan. Setelahnya anak bisa dimotivasi untuk mengulang cerita tentang peristiwa pasukan gajah di surat Al-Fiil dengan bahasanya sendiri. Contoh dari Pelangi Mizan demikian, dari saya ada tambahan sedikit, mungkin bisa membuat kue berbentuk gajah untuk memfasilitasi indera penciuman dan rasa :)
Dengan banyak melibatkan indera begitu jadi lebih nempel dan mengena di hati, dan anak pun menjadi lebih terasah kecerdasan multipelnya Insya Allah.
Untuk melihat contoh penggunaannya dengan gambar, Pelangi Mizan (tim materi media pendidikan yang sangat kreatif ini) dengan senang hati sudah menaruhnya di sini :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=128824920898
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
AL-QUR'AN MEMILIKI NILAI SASTRA AGUNG
Mengapa kita begitu mudah menghafal Surah Al-Fâtihah?
Mengapa kita tidak mudah melupakan Surah Al-Ikhlâsh?
Perhatikanlah suara-suara di setiap ujung ayat Surah Al-Fâtihah di bawah ini:
Bismillâhirro'hmânirro'h_IM
Alhamdulillâhirobbil_âlam_IN
Arro'hmânirro'h_IM
Atau di ujung ayat Surah Al-Ikhlâsh berikut:
Qul huwallâhu ahaD..
AllâhushshamaD..
Lam yalid wa lam yûlaD..
Wa lam yakullahû kufuwan ahaD..
Di ujung ayat surah-surah tersebut terdapat suku kata berima. Ayat-ayat tersebut menghasilkan suara-suara yang menarik perhatian pembaca maupun pendengarnya, sehingga mudah "nyantol" di telinga. Jadi, hal itu merupakan salah satu unsur yang membuat kita tidak mudah lupa bacaan Surah Al-Fâtihah dan Surah Al-Ikhlâsh (juga beberapa ayat surah lain yang sejenis).
Wow! Sangat indah dan menarik, bukan?! Dari sana, kita bisa melihat bahwa surah-surah tersebut merupakan ciptaan Allah Swt. yang memiliki nilai sastra agung.
Pada masa silam pun, para sastrawan Makkah yang ahli menggubah syair, sangat takjub dan mengagumi pola sastra Al-Quran. Hingga kini 14 abad berikutnya, ayat-ayat Al-Quran tersebut dibaca dan dihafal jutaan orang, temasuk kita dan anak-anak kita. Maka benarlah janji Allah Swt. dalam Al-Quran: ...sanuqriuka falâ tansâ, artinya ". Kami bacakan dan kamu tidak akan lupa."
***
MUDAH DIINGAT
Pola berima menghasilkan tekanan-tekanan bunyi di setiap ujung kalimat. Secara audio, suku kata di ujung kalimat terdengar lebih jelas dibandingkan suku kata di awal kalimat. Perhatikan anak yang sedang belajar bicara, mereka cenderung menangkap ujung-ujung kalimat saja. Misalnya, untuk menyebut rumah, mereka hanya menyebut "mah", menyebut Umi dengan "mii", dan seterusnya. Hal itu menunjukkan bahwa suku kata di akhir kalimat sering kali lebih mudah diingat dan ditangkap secara audio.
Karena itulah, sejumlah syair klasik, pantun, bahkan mantra menggunakan metode berima agar mudah diingat. Barangkali, kita masih mengingat nyanyian-nyanyian tradisional yang didendangkan orangtua waktu mengasuh putra putrinya. Contohnya, nyanyian berbahasa Sunda di bawah ini:
ucang-ucang angge
mulung muncang kaparangge
digogog ku anjing gede ....
Di Riau juga, terdapat ribuan pantun yang menggunakan pola berima. Pantun digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan moral. Contohnya seperti pantun berikut:
Semakin banyak tebu dicabut
Makin terasa tumbuhnya semak
Semakin banyak ilmu dituntut
Makin terasa bodohnya awak
Selain itu, di Barat juga dikenal cerita anak yang menggunakan metode berima yang dikenal sebagai "Mother Goose", sering kali digunakan dalam film-film anak-anak.
CONNECT AND EXPERIENCE
Beberapa pemerhati perkembangan anak menyatakan bahwa cerita berima memiliki unsur yang disebut phonological awareness, yaitu ketika suatu kata atau cerita dibacakan menghasilkan bunyi menarik dan membuat anak "connect"
(diambil dari artikel Pelangi Mizan di Facebook)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adakah anak yang tidak suka "membaca"?
Seorang ibu pernah mengeluh, katanya anaknya tidak suka membaca. "Dia sukanya main dan tidak tertarik pada buku..." keluh beliau. Betulkah memang ada anak yang tidak suka membaca? Kalau tidak suka membaca lalu bagaimana kelak dia bisa belajar?
Sebelum mencap anak kita tidak suka membaca, mari kita renungkan sebentar makna dari kata "membaca" ini.
Allah pertama kali mewahyukan kepada nabi Muhammad dengan perintah untuk membaca. "Iqra' ", begitu bunyinya. Sementara kita semua tahu bahwa Rasulullah SAW awalnya tidak bisa membaca-menulis.
Tapi sebenarnya... apakah beliau betul-betul tidak suka dan tidak pernah "membaca"? Sebelum wahyu diterima, beliau adalah pribadi yang suka berpikir, beliau memperhatikan keadaan di sekelilingnya, memperhatikan perilaku manusianya, memperhatikan fenomena di sekitarnya, berujung kegelisahan yang membawa beliau khusyu' merenung di gua Hira, mencari jawaban dari segala permasalahan yang ditemukan dalam pengamatan.
Mari kita ingat-ingat lagi kisah nabi Ibrahim, bagaimana di masa mudanya beliau mencari Tuhannya dengan merenungi alam semesta. Hingga dikisahkan beliau memperhatikan matahari yang akhirnya tenggelam dan bulan yang akhirnya memudar.
Jika kita perhatikan cara Allah sendiri mengajari manusia dalam Al-Qur'an :
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan?
Dan bumi, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?..." (Al Ghaasyiyah, 88 : 17-20)
Jika disampaikan ke anak-anak, bisakah ayat di atas diuraikan menjadi: "Gimana caranya ayam ini (kodok, ulat, cacing) bisa ada? Dilahirkan langsung atau jadi telur dulu? dll
Dan bumi, seperti apa bentuknya? Bumi ada di mana? Apakah gunung itu dan untuk apa? dan lainnya...
Sedikit saja anak-anak dipancing rasa ingin tahunya, bisa berkembang menjadi jutaan pertanyaan yang bisa membuat orang tua kewalahan. Semua binatang diabsen, ditanya bertelur atau beranak? Bumi sebesar apa, besar mana sama rumah?
Dan kita bisa menjelaskan lebih panjang, bahwa mahluk hidup bermacam-macam cara reproduksinya, ada yang membelah, ada yang harus didahului perkawinan, ada yang telurnya berkembang di dalam perut, ada yang harus dikeluarkan dulu, dan lain sebagainya.
Juga bahwa bumi bentuknya bulat, sebetulnya tidak diam tapi berputar pada porosnya. Pada saat itu anak bisa dibawa lebih jauh untuk membaca dengan media buku. Salah satu yang patut kita syukuri hidup di jaman ini, bahwa banyak informasi sudah tercetak, tinggal kita memilih dan memilah.
Oh iya, rasa ingin tahu anak-anak itu sejatinya alami, terutama jika sejak awal kita sudah memfasilitasi rasa ingin tahunya, dengan sabar menunggunya ketika dia mogok di tengah jalan karena ada kumbang yang menempel di daun, ketika daun putri malu tiba-tiba menguncup ketika kesenggol kakinya, ketika tiba-tiba ada suara kambing mengembik, atau ketika mobil favoritnya lewat.
Jadi... sebenarnya... ada anak yang tidak suka membaca atau tidak ya..?
(dikutip dari Al-Qur'an dan berbagai sumber)
Menonton Televisi VS Membaca
Rata-rata lulusan SMP telah menghabiskan waktu 15.000 jam untuk menonton TV. Bandingkan dengan waktu yang dihabiskan di kelas yang hanya 11.000 jam (Nielsen Index). Ternyata waktu menonton TV tersebut lebih banyak dibanding waktu untuk mencapai gelar sarjana. (James Trelease)
Berbeda dengan menonton yang cenderung pasif, membaca akan :
http://promosipelangi.multiply.com/journal/item/20/membaca_vs_menonton_tv_1
http://promosipelangi.multiply.com/journal/item/19/membaca_vs_menonton_tv_2
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siapakah yang mampu menolak seruan dari seseorang yang akhlaknya seindah ini?
12 Rabiul Awal sudah berakhir, tapi kemuliaan dan kerinduan pada sosoknya masih terngiang. Yang sudah pergi takkan kembali, tapi semoga kita bisa menghadirkan ke-Muhammad-an dalam diri kita dan putra-putri kita.
Kalaulah ada yang paling mengagumkan dari sosok nabi Muhammad SAW, bukanlah hartanya, bukanlah keturunannya, bukanlah penampilannya, bukanlah kedudukannya, bukanlah kekuasaannya, tapi adalah : akhlaknya. Kelembutan, kesantunan, kerendahhatian, dan kesabarannyalah yang akhirnya memecah kekerasan hati masyarakatnya, mengubah yang jahiliyah menjadi berpengetahuan, mengubah bangsa yang tadinya hanya suka bertengkar antar-sesama menjadi membangun peradaban, membangun jiwa-jiwa yang tadinya diperbudak menjadi merdeka, membawa beliau diakui hingga sekarang sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia. Marilah kita simak sejenak, siapakah yang mampu menolak seruan dari seseorang yang akhlaknya seindah ini?
- Pribadi yang santun -
Menurut Aisyah--istri Nabi Muhammad SAW--, serta banyak sahabat beliau lainnya, seperti Anas (pelayan beliau), Muhammad adalah seorang yang berpembawaan tenang, santun, dan bersikap sangat sopan kepada siapa pun.
Abdullah ibn Amr menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kata-kata yang buruk. Muhammad menyatakan bahwa kesopanan--yang tampaknya merupakan hal yang sangat ringan di dunia ini--akan memiliki bobot kebaikan yang sangat berat di Hari Pengadilan nanti.
Suatu hari di Madinah, tatkala Nabi Muhammad sudah memiliki kedudukan yang kuat sebagai pemimpin masyarakat dengan sejumlah pengikut dan tentara setia, seorang Yahudi datang berkunjung ke rumah beliau. Orang Yahudi itu mengawali percakapannya dengan mempelesetkan kalimat assalamu 'alaikum (semoga keselamatan tercurah padamu) menjadi kalimat ejekan, assaamu 'alaikum (semoga kebinasaan menimpamu).
Nabi pun mengembalikan ucapan orang Yahudi itu dengan menjawab singkat, "wa 'alaikum", tanpa sedikit pun mengotori lisannya dengan kata-kata ejekan balasan. Mendengar ini, Aisyah, istri Nabi, tidak terima dengan sikap orang Yahudi itu. Maka Aisyah pun membalas ejekan itu dengan ucapan yang kasar. Namun, Nabi menegur istrinya dengan bersabda, "Jangan ucapkan kata-kata kasar. Sopanlah. Allah SWT menyukai kelembutan dalam segala sesuatu."
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, h. 9)
- Pemimpin dan Nabi yang rendah hati -
Jika duduk bersama-sama para sahabatnya, Nabi Muhammad SAW duduk di antara mereka tanpa merasa perlu mengambil posisi khusus. Sering sekali para utusan dari luar negeri dan tamu-tamu lainnya yang datang ke Madinah tidak dapat mengenali yang manakah Muhammad, ketika beliau sedang duduk-duduk di masjid di antara para sahabatnya. Padahal, pada waktu itu beliau sudah menjadi pemimpin jazirah arab dengan wilayah kekuasaan yang besar.
Suatu kali, Nabi Muhammad menerima para utusan dari penguasa Nasrani di Ethiopia, negeri Habasyah yang terletak di seberang lautan Jazirah Arab. Sebagai tuan rumah, Muhammad SAW menjamu dan menyiapkan sendiri segala keperluan tamunya itu selama mereka tinggal di rumahnya. Para sahabat beliau berlomba-lomba meminta kepada Nabi agar mereka sajalah yang menjamu para tamu itu. Namun, Muhammad menjawab bahwa para utusan itu pernah menjamu sahabat-sahabat beliau ketika mereka terpaksa hijrah ke Ethiopia dulu, menghindari siksaan kaum kafir Quraisy. Karena itu, kini beliau sendirilah yang harus menjamu mereka.
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, hlm 9)
- Suka Memberi Maaf -
Muhammad SAW membalas kejahatan dengan ampunan dan perlakuan yang baik. Sebab, dalam pandangannya, penawar racun lebih baik daripada racunnya. Muhammad meyakini dan mempraktikkan prinsip bahwa cinta dapat mencegah kebencian, sementara agresi dapat ditaklukkan dengan ampunan. Beliau mengatasi ketidaktahuan masyarakatnya dengan pengetahuan Islam, mengatasi kelalaian serta kejahatan manusia dengan perlakuan yang baik dan pengampunan. Dengan sikap pemaafnya ini, beliau membebaskan orang-orang dari jerat dosa dan kejahatan, juga menjadikan mereka sahabat-sahabat besar Islam.
Ikrimah, putra Abu Jahal, pernah menjadi musuh besar Rasulullah dan Islam. Setelah kemenangan Islam di Makkah, dia melarikan diri dan pergi ke Yaman. Namun, istrinya memeluk Islam dan kemudian membawa Ikrimah menghadap Rasulullah. Beliau gembira ketika melihatnya, dan menyapanya dengan ucapan, "Wahai pengembara dari jauh, selamat datang".
Habir bin Aswad adalah sosok lainnya yang sangat memusuhi Nabi Muhammad dan Islam. Dia telah mencelakai Zainab, putri Muhammad. Ketika itu, Zainab tengah hamil dan dalam perjalanan hijrah ke Madinah, karena sudah tidak tahan dengan siksaan dan derita yang ditimpakan kaum musyrik Makkah kepada umat Muslim. Orang-orang musyrik Makkah pun menghadangnya dan Habir bin Aswad dengan sengaja menjatuhkan Zainab dari untanya. Putri Rasul itu pun cedera parah, sehingga keguguran. Bakal cucu Nabi pun urung lahir ke alam dunia. Karena kejahatannya ini, dan berbagai kejahatan lainnya, Habir berniat lari ke Persia ketika kota Makkah berhasil ditaklukkan oleh Muhammad. Namun, akhirnya dia menghadap Nabi, lalu diampuni sebagaimana penduduk Makkah lainnya yang juga mendapat amnesti umum dari Rasulullah.
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, h. 32-33)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara engkau mendidik anakmu
by: anonymous
Jangan didik anakmu
Jangan didik anakmu laki-laki
Bahwa kekuatan dan keperkasaan adalah segalanya
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya
Jangan didik anakmu laki-laki
Untuk mengejar kehormatan dan kekuasaan
Ajari dia untuk mengejar cinta kasih dan kebijaksanaan
Jangan larang anakmu laki-laki jika ia menangis
Dan jangan katakan padanya bahwa laki-laki tak boleh cengeng
Ajari dia untuk mengenali dan menerima perasaannya
Bahwa air mata adalah anugerah Tuhan yang indah
Sehingga ia belajar untuk tidak frustasi oleh emosinya
Dan jika dewasa ia telah belajar untuk hidup dengan seutuhnya
Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana menjadi cantik
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya
Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana untuk menyenangkan laki-laki
Ajari dia untuk menyenangkan hati Tuhan
Jangan larang anakmu perempuan
Jika ia menikmati melompat, berlari, dan memanjat
Jika ia suka menjelajah dan mengutak-atik benda-benda
Jangan kaupaksa dia untuk duduk manis diam dan tenang
Karena jiwanya yang ingin bebas jadi dirinya sendiri
Dan juga rasa ingin tahunya yang telah Tuhan anugerahkan
Telah kaubonsai dan kaurusak sejak dini
Isilah rumahmu
Dengan cinta, hikmat, dan kebijaksanaan
Bukan dengan harta, keindahan tubuh, gelar, dan kekuasaan
Bagikanlah kepada anakmu laki-laki dan perempuan
Keindahan menikmati mentari pagi
Kehangatan rasa ketika menggenggam pasir
Kemesraan seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga
Dan merdunya suara tetes-tetes hujan
Jika kau ingin anakmu rajin beribadah
Gemakan keberadaan Tuhan dalam dirimu
Ia takkan bisa kaupaksa berdoa dan sembahyang
Ketika dia tak dapat menangkap makna ibadah darimu
Jika kau ingin anakmu mencintai pengetahuan
Pancarkan rasa ingin terus belajar
Nasihatmu tak akan bisa membuatnya mau membaca
Ketika dia tak pernah menyaksikan engkau menikmati buku
Jika kau ingin anakmu penuh kasih
Tunjukkan cinta kasihmu kepadanya dan sesama
Kata-kata saja tidak akan mempan membuatnya mengasihi
Jika ia tak pernah merasakan cinta darimu
Untuk anakmu
Engkau adalah teladan yang utama
Tak perlu banyak kata, tiada perlu jutaan nasihat
Jika kau ingin anakmu hidup seperti yang kauinginkan
Hiduplah demikian!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Metode Muhammad Saw Mendidik Anak
Interaksi yang sehat, harmonis dan sarat kasih antara orangtua dan anak merupakan hal penting dalam mendidik anak. Seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw, sesibuk apapun orangtua sebaiknya terus berusaha menjalan interaksi tersebut. Jika secara kuantitas tidak bisa terpenuhi, kualitas interaksi pada setiap kesempatan bisa menjadi pilihan.
1. Mencurahkan Perhatian kepada Anak dalam setiap keadaan
Segala kesibukan bukanlah alasan bagi orangtua untuk melupakan perhatian kepada anak. Suatu hari saat Nabi tengah menyampaikan khutbah, Hasan dan Husein, cucu Nabi yang kala itu masih kecil, datang menghampiri Nabi dengan langkah-langkah kecil tertatih-tatih.
Melihat ini, Rasulullah saw menghentikan khutbahnya dan turun dari mimbar. Beliau pun menggendong kedua cucunya tersebut dan meletakkan mereka disisinya. Kemudian, Nabi Saw melanjutkan kembali khutbahnya yang terpotong dengan membacakan ayat Al Quran, sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu dan di sisi Allah pahala yang besar (QS Al-Taghabun (64):15) (HR Tirmidzi, Ahmad dan Al Nasa’i)
Dalam kesempatan lain ketika mengimani shalat berjamaah, beliau memperpanjang sujudnya demi memberikan kesempatan kepada cucunya yang sedang asyik bermain diatas punggung kakeknya yang sedang khusuk bersujud itu (HR Al-Nasa’i. ahamad dan Al Yala)
2. Memerhatikan Hobi/ Kesukaan Anak
Abu Umair adalah saudara Anas bin Malik r.a. Ketika kecil, Abu Umair pernah bermain-main dengan seekor burung yang dia beri nama Al Nughair. Mengetahui hal ini, suatu hari, Nabi bergurau kepadanya,”wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada Al-Nughair?” (HR Bukhari dan Tirmidzi)
3. Bermain Bersama Anak
Orangtua hendaknya menjadi sahabat dan teman bermain bagi anaknya. Sabda Nabi, “Barangsiapa memiliki anak, hendaklah dia menjadi anak pula (Lihat Quraish Shihab, Lentera hati)
Nabi Saw. Memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk bermain dengan mainannya. Sebab pada usia inilahmanusia mengembangkan daya piker,meluaskan keingintahuannya, serta melatih pancaindera dan tubuhnya. Bermain bagi anak ibarat bekerja buat orang dewasa. Sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dan diperkuat oleh penelitian psikologi modern, mainan berperan penting dalam menghubungkan tubuh dengan pikiran anak.
4. Memberikan Pujian dan Apresiasi Kepada Anak
Hal ini penting, untuk menumbuhkan citra diri yang positif serta membangun rasa percaya diri dan inisiatif anak. Nabi pun kerap mengusap kepala anak, mencium dan mendekapnya serta memberi hadiah.
Imbalan dan Hukuman menurut AL- Ghazali
Imam Al-Ghazali berkata, jika seorang anak tampak memiliki akhlak yang baik dan perbuatannya terpuji, hendaklah anak dimuliakan dan diberikan hadiah agar dia merasa senang. Selanjutnya anak itu dipuji didepan orang-orang supaya lebih termotivasi untuk memiliki akhlak mulia. Jika anak tampak melakukan kesalahan, seorang pendidik hendaklah pura-pura tidak tahu sehingga dia tidak membuatnya menjadi malu. Namun jika anak itu mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya, hendaklah dia dihukum dengan cara rahasia (tidak didepan temn-temannya) dan dijelaskan dimana letak kesalahannya, kemudian tunjukkan perbuatan yang benar. Selanjutnya anak itu diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan ketigakalinya.
5. Menegur dengan Halus
Nabi Muhammad Saw, menghindari teguran keras dan kasar. Beliau memberikan telada dalam menegur anak-anak secara halus.
Ada kisah dimana Nabi pernah menegur cucunya, Hasan. Waktu itu Hasan mengambil kurma sedekah lalu memasukkan kedalam mulutnya. Melihat perbuatan Hasan Nabi berkata “ Khuk, khuk, buanglah kurma itu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kita (keluarga Nabi) tidak makan dari sedekah”
Ensiklopedi Muhammad, Muhammad sebagai Pendidik, hal 73-75.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengembangan Anak Balita
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan hal tersebut di antaranya:
Mengembangkan Aspek Motorik
Ajaklah anak untuk berolahraga. Kegiatan tersebut sangat membantu melatih koordinasi motorik kasar yang berkaitan dengan keseimbangan dan pengendalian diri. Untuk melatih motorik halus bisa dilatih dengan melakukan keterampilan tangan, seperti menggambar, melipat, menggunting, atau menulis. Sedangkan, keterampilan kaki bisa dilatih dengan memanjat, menaiki tangga, atau bersepeda.
Mengembangkan Aspek Intelektual
Balita sudah mulai mengembangkan aspek intelektualnya meliputi pengembangan pemahaman tentang diri sendiri dan lingkungan. Rasa ingin tahu dalam diri balita mendorong mereka untuk banyak bertanya dan melakukan banyak eksplorasi dalam bentuk aktivitas motorik.
Pada usia balita, mereka mulai mengembangkan konsep-konsep dasar. Misalnya, mereka mulai memaknai konsep kehidupan, yang pada umumnya mereka anggap semua yang ada di dunia ini (bahkan termasuk benda mati) adalah hidup, seperti dirinya. Tentang kematian, umumnya anak menghubungkan kematian dengan pemahaman “pergi ke suatu tempat yang jauh”. Anak juga sudah mulai mengenal konsep ruang yang berkaitan dengan posisi (contoh: jauh-dekat dan atas-bawah). Balita juga sudah mulai mengenal konsep angka, waktu (meliputi nama hari, nama bulan, siang-malam, besok-kemarin), dan konsep diri (seperti nama, alamat, laki-perempuan).
Secara umum, pola pikir anak balita masih bersifat konkret. Misalnya, kata “dibuang” di benak anak-anak selalu identik dengan sampah. Ketika dia mendengar kalimat, “Pahlawan dibuang ke mana?” Anak tersebut menjawab, “tempat sampah.”
Mengembangkan Aspek Bahasa
Pada usia balita ini, anak mulai mempelajari kata-kata baru yang disertai dengan pemaknaannya melalui pergaulan (sosialisasi), media televisi, buku, dan radio. Biasanya, kata yang mulai berkembang pada anak adalah kata benda dan kata kerja.
Pada masa ini, anak mulai mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas. Biasanya, kata-kata yang sulit diucapkan dengan jelas oleh anak adalah kata dengan huruf Z, W, R, S, dan H. Pengucapan kata dengan huruf-huruf tersebut harus dilatih melalui permainan kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut.
Secara bertahap, anak mampu melakukan penyusunan kalimat meskipun baru terdiri atas tiga-empat kata. Biasanya, kalimat yang disusun baru terdiri atas kata benda atau kata kerja, misalnya “Ali mau minum”. Dengan kemampuan itu, anak mampu menjalin percakapan dengan teman sebaya ataupun orang dewasa. Dalam percakapannya, anak lebih senang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti bercerita tentang keluarga anak, permainan anak, atau hal-hal yang mereka sukai dan tidak disukai.
(Sumber: Halo Balita, Panduan untuk Ayah dan Ibu terbitan Pelangi Mizan)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak
Ayah, Bunda, pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.
Walaupun demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.
Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya mandi dan tidur sendiri. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritaka, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Ayah, bunda,..tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Dengan harapan, nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu orang tua dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.
Manfaat Dongeng untuk anak :
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Source : http://id-id.facebook.com/notes.php?id=339774493614&s=0
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa anak-anak suka sekali dengan binatang. Matanya yang bening akan membeliak lucu ketika melihat kucing, anjing, ular di kebun binatang, ikan di akuarium, tokek di balik lemari, dan binatang lainnya.
Jika ada setumpuk buku dengan berbagai macam tema, dapat diperkirakan bahwa sebagian besar anak kecil akan lebih dulu tertarik dengan yang temanya binatang.
Sebuah survei kecil dari para pendongeng pun menemukan bahwa memang anak-anak kecil paling suka didongengi kisah binatang.
Setidaknya ada empat manfaat cerita binatang bagi anak-anak :
- Jika anak pernah membaca kisah binatang yang mengalami sesuatu seperti yang mereka alami, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan hal tersebut.
- Kisah tentang binatang yang kuat dan baik akan membangun kepercayaan diri anak, membantu mereka memahami bahwa di dunia ini banyak orang yang baik dan siap membantu mereka.
- Tokoh binatang yang bertindak dan berkata-kata seperti manusia, memberi kesan pengalaman petualangan yang mengasyikkan, lengkap dengan pesan moral yang disampaikan tokoh-tokoh tersebut.
- Kisah binatang mengajarkan interaksi yang seharusnya antara mereka dengan binatang di dunia nyata, melatih kepekaan terhadap lingkungan hidup.
Kemudian, ternyata dengan cerita binatang juga kita dapat mengenalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Al-Qur'an memuat banyak kisah dan tema berkaitan dengan binatang.
Misalnya, kita bercerita tentang ikan paus, penyelamat Nabi Yunus, ketertarikan anak akan terbangun. Saat itulah, anak merasa siap untuk mengetahui lebih jauh tentang kisah Nabi Yunus di Surah Yûnus. Demikian juga dengan kisah semut dan rayap dengan Nabi Sulaiman, ular dengan Nabi Musa, anjing dan Ashabul Kahfi, gajah dengan pasukan Abrahah, unta, lebah, sapi, kuda dan lain sebagainya. Tentunya akan lebih berkesan belajar dengan cerita dibanding sekedar menghafal arti ayatnya.
Demikianlah, mengajarkan sesuatu yang baik pun perlu cara yang kreatif. Selamat menggali kisah binatang dalam Al-Qur'an.
(dikutip dari berbagai sumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apakah Kita Menghambat Kreatifitas Anak ?
Kabarnya nih, masa depan itu milik orang kreatif...! Bagaimana dengan anak kita yaa.... Mari kita bercermin sebentar...
Cerita I :
Seorang anak berusia 5 tahun baru saja selesai menggambar beberapa ekor anak ayam yang baru menetas. Dilihat dari hasil gambarnya jelas sekali anak tersebut mempunyai persepsi yang baik tentang bentuk, keseimbangan, proporsi, dan memilih warna yang tepat.
Kemudian anak tersebut berdiri dan mundur sedikit ke belakang, melihat dengan kening berkerut dan kembali mendekati gambar anak ayam tadi untuk memperhatikannya lebih dalam.
Setelah menatapnya sesaat, ia mengambil kembali kuasnya dan dengan hati-hati digoreskannya kuas yang berlumuran cat biru ke sekeliling kertas sehingga membentuk pinggiran biru yang mengelilingi gambar anak ayam tersebut. Dia hampir selesai mengerjakan hal ini ketika seorang dewasa melihatnya dan berkata : "Oh sayang, jangan kau rusak gambar anak ayam yang bagus dan lucu itu dengan pinggiran warna biru...."
*****
Cerita II :
Seorang anak berusia 3 tahun sedang mengikuti lomba mewarnai di sekolahnya. Dia memperhatikan gambar pohon di depannya dan setelah berpikir sesaat dia mengambil krayon warna merah dan siap mewarnai pohon tersebut.
Saat itulah ibunya yang duduk di sampingnya dengan sigap berkomentar,"Pohon warnanya apa? Masak merah?" Si ibu kemudian mengambil warna coklat dan memberikannya kepada anaknya,"Batangnya warna ini, terus nanti daunnya warna hijau ya...?!".
Setelah itu si ibu sibuk mengatur anaknya agar mewarnai dengan rapih, tidak keluar garis, dan mendiktekan warna apa saja yang boleh digunakan.
*****
Cukup familiarkah dengan cerita di atas?
Pernahkah melakukannya ke anak Anda? Hayoo, pernah ya...?
Pernahkan berpikir : "Apakah yang kita lakukan selama ini kepada anak-anak kita sudah meningkatkan kreativitasnya? Atau bahkan menumpulkannya?
*****
Kreativitas adalah suatu istilah yang sukar untuk didefinisikan. Di bawah ini beberapa definisinya :
"Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk merespon secara emosional dan intelektual terhadap pengalaman-pengalaman panca indera." (Brierly, 1987)
"Kreativitas adalah sebuah proses interaksi yang luar biasa antara pemikiran otak kiri dan otak kanan." (Wycoff)
"Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru." (http://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitas)
Ada banyak definisi, tapi yang paling sederhana yang bisa kita pahami adalah....
"Orang kreatif akan menemukan banyak cara untuk memecahkan masalahnya. Dengan kreativitas yang cukup maka anak-anak kita akan memiliki daya tahan yang tangguh menghadapi masalah-masalah yang akan mereka hadapi di masa depan."
Naah, sebetulnya kata Pak Marzollo an Lloyd, 1972...
"Kreativitas pada dasarnya adalah suatu sikap yang dengan mudah muncul pada anak-anak, tetapi harus dipertahankan dan diperkuat agar tidak menjadi korban dalam dunia kita yang terlalu logis." Jadi sebetulnya fitrah anak kita adalah kreatif, kitalah orang tuanya (dan orang dewasa di sekitar mereka), yang biasa menumpulkannya.... Wahh....
Ada banyak hal yang dapat menghambat kreativitas anak, banyak sekali. Kita bahas yang berkaitan dengan ilustrasi cerita di atas saja ya.....
Berseni rupa atau khususnya menggambar, adalah hal yang membuka kemungkinan anak-anak untuk mencurahkan isi hati mereka. Nah, proses kreatif ini sering sekali diganggu oleh orang tua berupa :
- Terlalu kritis dalam menilai hasil karyanya. Kita sering memaksakan pemikiran logis kita sehingga membuat anak ragu-ragu untuk berkarya. Mendiktekan bahwa daun harus hijau misalnya.
- Terlalu detil memberikan contoh kepada anak. Anak akan turun rasa percaya dirinya karena tidak mungkin toh mengikuti coretan kita yang keterampilan motoriknya sudah lebih tinggi.
- Terlalu cepat menilai/mengritik sebelum hasil karyanya selesai. Akan mengurangi semangatnya dalam berkarya.
- Terlalu menekankan kebersihan dan keteraturan, sehingga imajinasinya terhambat.
- Dan banyak lagi.
Sayangnya, hal inipun sering dilakukan oleh para pendidik anak-anak kita di sekolahnya, padahal.....
"Pengalaman-pengalaman awal anak balita di kelompok bermain dan TK berdampak besar terhadap masa depannya. Pengalaman-pengalaman ini jauh lebih penting dalam membangun masa depannya daripada pilihan perguruan tinggi di kemudian hari." (Striker, 1986).
Psst, kata Picasso... "Khazanah pengetahuan yang tersimpan dalam benak seorang anak akan sangat mewarnai kreativitas yang ditampilkannya. Makin banyak pengetahuan yang terekam, makin kuat pula dasar yang dimilikinya untuk membangun kreativitas."
(dikutip dari bahan seminar Mizan Dian Semesta Desember 2008)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jangan Biarkan Anak Kita Miskin Pengalaman Visual!
"Jangan Biarkan Anak Kita Miskin Pengalaman Visual!"
Begitulah judul email yang saya dapat dari tim promosi Mizan. Bikin penasaran, dan setelah saya baca isinya ternyata sangat menarik sekali. Saya langsung terpikir pasti akan sangat bermanfaat juga untuk rekan-rekan, tentang perlunya anak memperkaya pengalaman visualnya.
Ada pemaparan gaya-gaya ilustrasi media Mizan yang terbaru dan wawancara khusus dengan ilustrator media Mizan, berisi alasan mengapa gaya ilustrasinya dibuat demikian. Info yang informatif, unik, sekaligus disampaikan dengan gaya yang kocak.
Karena banyak gambar dan warna jadi tidak saya sampaikan langsung di sini, tapi saya simpan di :
http://www.bukuspesial.com/jangan-biarkan-anak-kita-miskin.htm
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dia yang terpuji dan dapat dipercaya...
Siapa pun tentunya tahu bahwa Rasulullah adalah pribadi yang mulia. Ada banyak kisah mengesankan tentang kepribadian beliau. Salah dua yang mengesankan adalah dua riwayat di bawah ini....
Abdullah ibn Abi Hamzah memberikan kesaksian bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi dengan Muhammad. Tanpa sempat menyelesaikan perinciannya, tiba-tiba ia terpaksa berangkat untuk suatu pekerjaan yang penting sambil menjanjikan akan segera kembali serta menetapkan batas waktunya. Namun, ia lupa. Ketika ingat - setelah tiga hari - ia pun kembali ke tempat yang sama, dan menemukan Muhammad masih berada di sana sedang menantikannya. Muhammad tidak mengatakan sesuatu selain mengingatkan, "Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu." (HR Abu Dawud).
Woow.... kalau orang biasa ngambek kali ya ditinggal begitu saja. Ini malah khawatir dan menunggu, sampai tiga hari lagi...!
Ini ceritanya satu lagi...
Suatu ketika Ummi Fadhl menimang-nimang bayi. Lalu, Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya. Tiba-tiba sang bayi buang air kecil dan membasahi pakaian Rasul. Umm Fadhl segera merenggut dengan keras bayi itu dari gendongan beliau.. Maka, Rasul pun menegurnya, "Air dapat membersihkan pakaianku. Tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan sang bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?"
Rupanya Nabi Saw. sadar bahwa perlakuan demikian dapat berbekas dalam jiwa sang bayi dan dapat menimbulkan rasa rendah diri yang terus terbawa hingga dewasa. Bukankah sebagian besar kompleks kejiwaan dapat dikembalikan penyebabnya pada pengalaman negatif masa kecil?
Wah, betapa sesuainya dengan teori psikologi modern.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dimulai dari yang unik dan menarik
Tidak semua anak bisa dengan mudah menyukai kegiatan membaca, kadang mereka kelihatan kurang tertarik, lebih suka bermain, dan enggan duduk sejenak untuk membaca buku.
Sebenarnya hampir semua hal menarik di mata anak kecil. Dengan demikian rasa ingin tahunya yang tinggi itu dapat dijadikan pintu masuk bagi kita untuk menyelami dunianya, sekaligus menariknya untuk membaca bukunya lebih lanjut.
Kita bisa menceritakan sedikit hal-hal menarik yang ada di buku tersebut, yang mungkin sebetulnya kita pun belum tau. Jadi betul-betul menarik bagi anak juga bagi kita, sehingga orang tua jadi teman belajar bersama yang asyik...! Misalnya saja info-info unik seperti ini....
"Ular, si Pembelit. Ular yang bertubuh besar tidak memiliki racun atau bisa. Tetapi, Allah Swt. memberikan mereka otot-otot yang kuat. Dengan kekuatannya itu, mereka membelit tubuh mangsanya. Setelah mangsanya mati karena kehabisan napas, ular akan menelannya bulat-bulat. GLEK!" (1)
"Agar dapat bergerak dengan cepat, salamander tidak menggunakan kaki dan tangannya untuk berjalan, tetapi menggerak-gerakkan perutnya. Gerakannya menyerupai gerak renang ikan." (2)
"Manusia membuat media untuk menulis dari kulit yang dihaluskan. Media itu disebut perkamen." (3)
"Penisilin merupakan obat untuk berbagai penyakit yang disebabkan bakteri. Penisilin terbuat dari salah satu jenis jamur yang bernama Penicillium chrysogenum. Kita dapat menemukan jamur ini pada roti yang membusuk." (4)
"Saraf terdiri dari sel-sel yang tampak seperti laba-laba yang disebut neuron." (5)
"Otot kelopak mata merupakan otot tercepat di tubuh kita. Dengan otot-otot itu, kita dapat berkedip lima kali dalam satu detik." (6)
Naah, setelah info-info menarik tersebut disampaikan, biasanya mereka jadi ingin tahu kelanjutannya dan siap untuk mulai membaca. Apalagi jika orang tua antusias, anak juga akan ketularan antusias dan ingin tahu. Setiap anak ada rentang waktu masa konsentrasinya sesuai usia, sehingga tidak perlu bersedih jika si anak hanya bertahan selama beberapa menit misalnya.
Selamat membaca bersama buah hati Anda....!
- [Sumber: Ensiklopedi Bocah Muslim (EBM), Jilid Ikan, Reptil, Amfibi, hlm. 35, Penerbit Pelangi Mizan]
- [Sumber: EBM, Jilid Ikan, Reptil, Amfibi, hlm. 66, Penerbit Pelangi Mizan]
- [Sumber: EBM, Jilid Teknologi, hlm 40, Penerbit Pelangi Mizan]
- [Sumber: EBM, Jilid Tumbuhan, Hlm. 43, Penerbit Pelangi Mizan]
- [Sumber: EBM, Jilid Tubuhku, Hlm 27, Penerbit Pelangi Mizan]
- [Sumber: EBM, Jilid Tubuhku, hlm. 21, Penerbit Pelangi Mizan]
Menceriakan agenda Ramadhan anak
Tips dari Pelangi Mizan yang bisa diadaptasi ke kegiatan Ramadhan anak-anak.
Anak-anak akan lebih mudah mengingat suatu pelajaran jika semua inderanya terlibat. Penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, rasa, dan gerak.
Misalnya ketika mempelajari surat Al-Fiil. Pertama-tama bisa dibacakan dulu kisahnya, tentunya dengan gaya mendongeng yang menarik. Kemudian di waktu yang lain bisa disampaikan dengan membaca ayatnya, juga artinya. Kemudian bisa dilanjutkan dengan bernyanyi, menggambar atau membuat prakarya bertema pasukan gajah misalnya.
Lalu kalau di hari libur ada kesempatan, bisa ke kebun binatang untuk melihat gajah betulan. Setelahnya anak bisa dimotivasi untuk mengulang cerita tentang peristiwa pasukan gajah di surat Al-Fiil dengan bahasanya sendiri. Contoh dari Pelangi Mizan demikian, dari saya ada tambahan sedikit, mungkin bisa membuat kue berbentuk gajah untuk memfasilitasi indera penciuman dan rasa :)
Dengan banyak melibatkan indera begitu jadi lebih nempel dan mengena di hati, dan anak pun menjadi lebih terasah kecerdasan multipelnya Insya Allah.
Untuk melihat contoh penggunaannya dengan gambar, Pelangi Mizan (tim materi media pendidikan yang sangat kreatif ini) dengan senang hati sudah menaruhnya di sini :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=128824920898
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
AL-QUR'AN MEMILIKI NILAI SASTRA AGUNG
Mengapa kita begitu mudah menghafal Surah Al-Fâtihah?
Mengapa kita tidak mudah melupakan Surah Al-Ikhlâsh?
Perhatikanlah suara-suara di setiap ujung ayat Surah Al-Fâtihah di bawah ini:
Bismillâhirro'hmânirro'h_IM
Alhamdulillâhirobbil_âlam_IN
Arro'hmânirro'h_IM
Atau di ujung ayat Surah Al-Ikhlâsh berikut:
Qul huwallâhu ahaD..
AllâhushshamaD..
Lam yalid wa lam yûlaD..
Wa lam yakullahû kufuwan ahaD..
Di ujung ayat surah-surah tersebut terdapat suku kata berima. Ayat-ayat tersebut menghasilkan suara-suara yang menarik perhatian pembaca maupun pendengarnya, sehingga mudah "nyantol" di telinga. Jadi, hal itu merupakan salah satu unsur yang membuat kita tidak mudah lupa bacaan Surah Al-Fâtihah dan Surah Al-Ikhlâsh (juga beberapa ayat surah lain yang sejenis).
Wow! Sangat indah dan menarik, bukan?! Dari sana, kita bisa melihat bahwa surah-surah tersebut merupakan ciptaan Allah Swt. yang memiliki nilai sastra agung.
Pada masa silam pun, para sastrawan Makkah yang ahli menggubah syair, sangat takjub dan mengagumi pola sastra Al-Quran. Hingga kini 14 abad berikutnya, ayat-ayat Al-Quran tersebut dibaca dan dihafal jutaan orang, temasuk kita dan anak-anak kita. Maka benarlah janji Allah Swt. dalam Al-Quran: ...sanuqriuka falâ tansâ, artinya ". Kami bacakan dan kamu tidak akan lupa."
***
MUDAH DIINGAT
Pola berima menghasilkan tekanan-tekanan bunyi di setiap ujung kalimat. Secara audio, suku kata di ujung kalimat terdengar lebih jelas dibandingkan suku kata di awal kalimat. Perhatikan anak yang sedang belajar bicara, mereka cenderung menangkap ujung-ujung kalimat saja. Misalnya, untuk menyebut rumah, mereka hanya menyebut "mah", menyebut Umi dengan "mii", dan seterusnya. Hal itu menunjukkan bahwa suku kata di akhir kalimat sering kali lebih mudah diingat dan ditangkap secara audio.
Karena itulah, sejumlah syair klasik, pantun, bahkan mantra menggunakan metode berima agar mudah diingat. Barangkali, kita masih mengingat nyanyian-nyanyian tradisional yang didendangkan orangtua waktu mengasuh putra putrinya. Contohnya, nyanyian berbahasa Sunda di bawah ini:
ucang-ucang angge
mulung muncang kaparangge
digogog ku anjing gede ....
Di Riau juga, terdapat ribuan pantun yang menggunakan pola berima. Pantun digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan moral. Contohnya seperti pantun berikut:
Semakin banyak tebu dicabut
Makin terasa tumbuhnya semak
Semakin banyak ilmu dituntut
Makin terasa bodohnya awak
Selain itu, di Barat juga dikenal cerita anak yang menggunakan metode berima yang dikenal sebagai "Mother Goose", sering kali digunakan dalam film-film anak-anak.
CONNECT AND EXPERIENCE
Beberapa pemerhati perkembangan anak menyatakan bahwa cerita berima memiliki unsur yang disebut phonological awareness, yaitu ketika suatu kata atau cerita dibacakan menghasilkan bunyi menarik dan membuat anak "connect"
(diambil dari artikel Pelangi Mizan di Facebook)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adakah anak yang tidak suka "membaca"?
Seorang ibu pernah mengeluh, katanya anaknya tidak suka membaca. "Dia sukanya main dan tidak tertarik pada buku..." keluh beliau. Betulkah memang ada anak yang tidak suka membaca? Kalau tidak suka membaca lalu bagaimana kelak dia bisa belajar?
Sebelum mencap anak kita tidak suka membaca, mari kita renungkan sebentar makna dari kata "membaca" ini.
Allah pertama kali mewahyukan kepada nabi Muhammad dengan perintah untuk membaca. "Iqra' ", begitu bunyinya. Sementara kita semua tahu bahwa Rasulullah SAW awalnya tidak bisa membaca-menulis.
Tapi sebenarnya... apakah beliau betul-betul tidak suka dan tidak pernah "membaca"? Sebelum wahyu diterima, beliau adalah pribadi yang suka berpikir, beliau memperhatikan keadaan di sekelilingnya, memperhatikan perilaku manusianya, memperhatikan fenomena di sekitarnya, berujung kegelisahan yang membawa beliau khusyu' merenung di gua Hira, mencari jawaban dari segala permasalahan yang ditemukan dalam pengamatan.
Mari kita ingat-ingat lagi kisah nabi Ibrahim, bagaimana di masa mudanya beliau mencari Tuhannya dengan merenungi alam semesta. Hingga dikisahkan beliau memperhatikan matahari yang akhirnya tenggelam dan bulan yang akhirnya memudar.
Jika kita perhatikan cara Allah sendiri mengajari manusia dalam Al-Qur'an :
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan?
Dan bumi, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?..." (Al Ghaasyiyah, 88 : 17-20)
Jika disampaikan ke anak-anak, bisakah ayat di atas diuraikan menjadi: "Gimana caranya ayam ini (kodok, ulat, cacing) bisa ada? Dilahirkan langsung atau jadi telur dulu? dll
Dan bumi, seperti apa bentuknya? Bumi ada di mana? Apakah gunung itu dan untuk apa? dan lainnya...
Sedikit saja anak-anak dipancing rasa ingin tahunya, bisa berkembang menjadi jutaan pertanyaan yang bisa membuat orang tua kewalahan. Semua binatang diabsen, ditanya bertelur atau beranak? Bumi sebesar apa, besar mana sama rumah?
Dan kita bisa menjelaskan lebih panjang, bahwa mahluk hidup bermacam-macam cara reproduksinya, ada yang membelah, ada yang harus didahului perkawinan, ada yang telurnya berkembang di dalam perut, ada yang harus dikeluarkan dulu, dan lain sebagainya.
Juga bahwa bumi bentuknya bulat, sebetulnya tidak diam tapi berputar pada porosnya. Pada saat itu anak bisa dibawa lebih jauh untuk membaca dengan media buku. Salah satu yang patut kita syukuri hidup di jaman ini, bahwa banyak informasi sudah tercetak, tinggal kita memilih dan memilah.
Oh iya, rasa ingin tahu anak-anak itu sejatinya alami, terutama jika sejak awal kita sudah memfasilitasi rasa ingin tahunya, dengan sabar menunggunya ketika dia mogok di tengah jalan karena ada kumbang yang menempel di daun, ketika daun putri malu tiba-tiba menguncup ketika kesenggol kakinya, ketika tiba-tiba ada suara kambing mengembik, atau ketika mobil favoritnya lewat.
Jadi... sebenarnya... ada anak yang tidak suka membaca atau tidak ya..?
(dikutip dari Al-Qur'an dan berbagai sumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menonton Televisi VS Membaca
Rata-rata lulusan SMP telah menghabiskan waktu 15.000 jam untuk menonton TV. Bandingkan dengan waktu yang dihabiskan di kelas yang hanya 11.000 jam (Nielsen Index). Ternyata waktu menonton TV tersebut lebih banyak dibanding waktu untuk mencapai gelar sarjana. (James Trelease)
- Gambar-gambar tv berubah cepat sehingga otak tidak sempat memproses image secara baik.
- Sumber cahaya yang berpendar dari tv meletakan belahan otak kiri dan kanan kedalam gelombang alpha (slow wave of inactivity) yang merusak keseimbangan dan interaksi antara belahan otak kiri dan kanan
- Hasil besaran fisik yang dipencarkan media audio visual elektronik (medan magnet dan elektrik) masih jauh di bawah ambang yang diizinkan WHO
- Intensitas kebisingan televisi berpengaruh buruk terhadap memori jangka pendek, kemampuan membaca, dan konsentrasi.
Berbeda dengan menonton yang cenderung pasif, membaca akan :
- mengativasi kemampuan berfikir dan menganalisi.
- membaca membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi.
- membaca menstimulasi rasa ingin tahu (kuriositas)
- memberi peluang lebih luas untuk menstimulasi imajinasi
http://promosipelangi.multiply.com/journal/item/20/membaca_vs_menonton_tv_1
http://promosipelangi.multiply.com/journal/item/19/membaca_vs_menonton_tv_2
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siapakah yang mampu menolak seruan dari seseorang yang akhlaknya seindah ini?
12 Rabiul Awal sudah berakhir, tapi kemuliaan dan kerinduan pada sosoknya masih terngiang. Yang sudah pergi takkan kembali, tapi semoga kita bisa menghadirkan ke-Muhammad-an dalam diri kita dan putra-putri kita.
Kalaulah ada yang paling mengagumkan dari sosok nabi Muhammad SAW, bukanlah hartanya, bukanlah keturunannya, bukanlah penampilannya, bukanlah kedudukannya, bukanlah kekuasaannya, tapi adalah : akhlaknya. Kelembutan, kesantunan, kerendahhatian, dan kesabarannyalah yang akhirnya memecah kekerasan hati masyarakatnya, mengubah yang jahiliyah menjadi berpengetahuan, mengubah bangsa yang tadinya hanya suka bertengkar antar-sesama menjadi membangun peradaban, membangun jiwa-jiwa yang tadinya diperbudak menjadi merdeka, membawa beliau diakui hingga sekarang sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia. Marilah kita simak sejenak, siapakah yang mampu menolak seruan dari seseorang yang akhlaknya seindah ini?
- Pribadi yang santun -
Menurut Aisyah--istri Nabi Muhammad SAW--, serta banyak sahabat beliau lainnya, seperti Anas (pelayan beliau), Muhammad adalah seorang yang berpembawaan tenang, santun, dan bersikap sangat sopan kepada siapa pun.
Abdullah ibn Amr menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah mengucapkan kata-kata yang buruk. Muhammad menyatakan bahwa kesopanan--yang tampaknya merupakan hal yang sangat ringan di dunia ini--akan memiliki bobot kebaikan yang sangat berat di Hari Pengadilan nanti.
Suatu hari di Madinah, tatkala Nabi Muhammad sudah memiliki kedudukan yang kuat sebagai pemimpin masyarakat dengan sejumlah pengikut dan tentara setia, seorang Yahudi datang berkunjung ke rumah beliau. Orang Yahudi itu mengawali percakapannya dengan mempelesetkan kalimat assalamu 'alaikum (semoga keselamatan tercurah padamu) menjadi kalimat ejekan, assaamu 'alaikum (semoga kebinasaan menimpamu).
Nabi pun mengembalikan ucapan orang Yahudi itu dengan menjawab singkat, "wa 'alaikum", tanpa sedikit pun mengotori lisannya dengan kata-kata ejekan balasan. Mendengar ini, Aisyah, istri Nabi, tidak terima dengan sikap orang Yahudi itu. Maka Aisyah pun membalas ejekan itu dengan ucapan yang kasar. Namun, Nabi menegur istrinya dengan bersabda, "Jangan ucapkan kata-kata kasar. Sopanlah. Allah SWT menyukai kelembutan dalam segala sesuatu."
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, h. 9)
- Pemimpin dan Nabi yang rendah hati -
Jika duduk bersama-sama para sahabatnya, Nabi Muhammad SAW duduk di antara mereka tanpa merasa perlu mengambil posisi khusus. Sering sekali para utusan dari luar negeri dan tamu-tamu lainnya yang datang ke Madinah tidak dapat mengenali yang manakah Muhammad, ketika beliau sedang duduk-duduk di masjid di antara para sahabatnya. Padahal, pada waktu itu beliau sudah menjadi pemimpin jazirah arab dengan wilayah kekuasaan yang besar.
Suatu kali, Nabi Muhammad menerima para utusan dari penguasa Nasrani di Ethiopia, negeri Habasyah yang terletak di seberang lautan Jazirah Arab. Sebagai tuan rumah, Muhammad SAW menjamu dan menyiapkan sendiri segala keperluan tamunya itu selama mereka tinggal di rumahnya. Para sahabat beliau berlomba-lomba meminta kepada Nabi agar mereka sajalah yang menjamu para tamu itu. Namun, Muhammad menjawab bahwa para utusan itu pernah menjamu sahabat-sahabat beliau ketika mereka terpaksa hijrah ke Ethiopia dulu, menghindari siksaan kaum kafir Quraisy. Karena itu, kini beliau sendirilah yang harus menjamu mereka.
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, hlm 9)
- Suka Memberi Maaf -
Muhammad SAW membalas kejahatan dengan ampunan dan perlakuan yang baik. Sebab, dalam pandangannya, penawar racun lebih baik daripada racunnya. Muhammad meyakini dan mempraktikkan prinsip bahwa cinta dapat mencegah kebencian, sementara agresi dapat ditaklukkan dengan ampunan. Beliau mengatasi ketidaktahuan masyarakatnya dengan pengetahuan Islam, mengatasi kelalaian serta kejahatan manusia dengan perlakuan yang baik dan pengampunan. Dengan sikap pemaafnya ini, beliau membebaskan orang-orang dari jerat dosa dan kejahatan, juga menjadikan mereka sahabat-sahabat besar Islam.
Ikrimah, putra Abu Jahal, pernah menjadi musuh besar Rasulullah dan Islam. Setelah kemenangan Islam di Makkah, dia melarikan diri dan pergi ke Yaman. Namun, istrinya memeluk Islam dan kemudian membawa Ikrimah menghadap Rasulullah. Beliau gembira ketika melihatnya, dan menyapanya dengan ucapan, "Wahai pengembara dari jauh, selamat datang".
Habir bin Aswad adalah sosok lainnya yang sangat memusuhi Nabi Muhammad dan Islam. Dia telah mencelakai Zainab, putri Muhammad. Ketika itu, Zainab tengah hamil dan dalam perjalanan hijrah ke Madinah, karena sudah tidak tahan dengan siksaan dan derita yang ditimpakan kaum musyrik Makkah kepada umat Muslim. Orang-orang musyrik Makkah pun menghadangnya dan Habir bin Aswad dengan sengaja menjatuhkan Zainab dari untanya. Putri Rasul itu pun cedera parah, sehingga keguguran. Bakal cucu Nabi pun urung lahir ke alam dunia. Karena kejahatannya ini, dan berbagai kejahatan lainnya, Habir berniat lari ke Persia ketika kota Makkah berhasil ditaklukkan oleh Muhammad. Namun, akhirnya dia menghadap Nabi, lalu diampuni sebagaimana penduduk Makkah lainnya yang juga mendapat amnesti umum dari Rasulullah.
(dikutip dari Ensiklopedi Muhammad, Pelangi Mizan, Jilid 2, h. 32-33)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara engkau mendidik anakmu
by: anonymous
Jangan didik anakmu
Jangan didik anakmu laki-laki
Bahwa kekuatan dan keperkasaan adalah segalanya
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya
Jangan didik anakmu laki-laki
Untuk mengejar kehormatan dan kekuasaan
Ajari dia untuk mengejar cinta kasih dan kebijaksanaan
Jangan larang anakmu laki-laki jika ia menangis
Dan jangan katakan padanya bahwa laki-laki tak boleh cengeng
Ajari dia untuk mengenali dan menerima perasaannya
Bahwa air mata adalah anugerah Tuhan yang indah
Sehingga ia belajar untuk tidak frustasi oleh emosinya
Dan jika dewasa ia telah belajar untuk hidup dengan seutuhnya
Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana menjadi cantik
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya
Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana untuk menyenangkan laki-laki
Ajari dia untuk menyenangkan hati Tuhan
Jangan larang anakmu perempuan
Jika ia menikmati melompat, berlari, dan memanjat
Jika ia suka menjelajah dan mengutak-atik benda-benda
Jangan kaupaksa dia untuk duduk manis diam dan tenang
Karena jiwanya yang ingin bebas jadi dirinya sendiri
Dan juga rasa ingin tahunya yang telah Tuhan anugerahkan
Telah kaubonsai dan kaurusak sejak dini
Isilah rumahmu
Dengan cinta, hikmat, dan kebijaksanaan
Bukan dengan harta, keindahan tubuh, gelar, dan kekuasaan
Bagikanlah kepada anakmu laki-laki dan perempuan
Keindahan menikmati mentari pagi
Kehangatan rasa ketika menggenggam pasir
Kemesraan seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga
Dan merdunya suara tetes-tetes hujan
Jika kau ingin anakmu rajin beribadah
Gemakan keberadaan Tuhan dalam dirimu
Ia takkan bisa kaupaksa berdoa dan sembahyang
Ketika dia tak dapat menangkap makna ibadah darimu
Jika kau ingin anakmu mencintai pengetahuan
Pancarkan rasa ingin terus belajar
Nasihatmu tak akan bisa membuatnya mau membaca
Ketika dia tak pernah menyaksikan engkau menikmati buku
Jika kau ingin anakmu penuh kasih
Tunjukkan cinta kasihmu kepadanya dan sesama
Kata-kata saja tidak akan mempan membuatnya mengasihi
Jika ia tak pernah merasakan cinta darimu
Untuk anakmu
Engkau adalah teladan yang utama
Tak perlu banyak kata, tiada perlu jutaan nasihat
Jika kau ingin anakmu hidup seperti yang kauinginkan
Hiduplah demikian!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Metode Muhammad Saw Mendidik Anak
Interaksi yang sehat, harmonis dan sarat kasih antara orangtua dan anak merupakan hal penting dalam mendidik anak. Seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw, sesibuk apapun orangtua sebaiknya terus berusaha menjalan interaksi tersebut. Jika secara kuantitas tidak bisa terpenuhi, kualitas interaksi pada setiap kesempatan bisa menjadi pilihan.
1. Mencurahkan Perhatian kepada Anak dalam setiap keadaan
Segala kesibukan bukanlah alasan bagi orangtua untuk melupakan perhatian kepada anak. Suatu hari saat Nabi tengah menyampaikan khutbah, Hasan dan Husein, cucu Nabi yang kala itu masih kecil, datang menghampiri Nabi dengan langkah-langkah kecil tertatih-tatih.
Melihat ini, Rasulullah saw menghentikan khutbahnya dan turun dari mimbar. Beliau pun menggendong kedua cucunya tersebut dan meletakkan mereka disisinya. Kemudian, Nabi Saw melanjutkan kembali khutbahnya yang terpotong dengan membacakan ayat Al Quran, sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu dan di sisi Allah pahala yang besar (QS Al-Taghabun (64):15) (HR Tirmidzi, Ahmad dan Al Nasa’i)
Dalam kesempatan lain ketika mengimani shalat berjamaah, beliau memperpanjang sujudnya demi memberikan kesempatan kepada cucunya yang sedang asyik bermain diatas punggung kakeknya yang sedang khusuk bersujud itu (HR Al-Nasa’i. ahamad dan Al Yala)
2. Memerhatikan Hobi/ Kesukaan Anak
Abu Umair adalah saudara Anas bin Malik r.a. Ketika kecil, Abu Umair pernah bermain-main dengan seekor burung yang dia beri nama Al Nughair. Mengetahui hal ini, suatu hari, Nabi bergurau kepadanya,”wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada Al-Nughair?” (HR Bukhari dan Tirmidzi)
3. Bermain Bersama Anak
Orangtua hendaknya menjadi sahabat dan teman bermain bagi anaknya. Sabda Nabi, “Barangsiapa memiliki anak, hendaklah dia menjadi anak pula (Lihat Quraish Shihab, Lentera hati)
Nabi Saw. Memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk bermain dengan mainannya. Sebab pada usia inilahmanusia mengembangkan daya piker,meluaskan keingintahuannya, serta melatih pancaindera dan tubuhnya. Bermain bagi anak ibarat bekerja buat orang dewasa. Sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dan diperkuat oleh penelitian psikologi modern, mainan berperan penting dalam menghubungkan tubuh dengan pikiran anak.
4. Memberikan Pujian dan Apresiasi Kepada Anak
Hal ini penting, untuk menumbuhkan citra diri yang positif serta membangun rasa percaya diri dan inisiatif anak. Nabi pun kerap mengusap kepala anak, mencium dan mendekapnya serta memberi hadiah.
Imbalan dan Hukuman menurut AL- Ghazali
Imam Al-Ghazali berkata, jika seorang anak tampak memiliki akhlak yang baik dan perbuatannya terpuji, hendaklah anak dimuliakan dan diberikan hadiah agar dia merasa senang. Selanjutnya anak itu dipuji didepan orang-orang supaya lebih termotivasi untuk memiliki akhlak mulia. Jika anak tampak melakukan kesalahan, seorang pendidik hendaklah pura-pura tidak tahu sehingga dia tidak membuatnya menjadi malu. Namun jika anak itu mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya, hendaklah dia dihukum dengan cara rahasia (tidak didepan temn-temannya) dan dijelaskan dimana letak kesalahannya, kemudian tunjukkan perbuatan yang benar. Selanjutnya anak itu diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan ketigakalinya.
5. Menegur dengan Halus
Nabi Muhammad Saw, menghindari teguran keras dan kasar. Beliau memberikan telada dalam menegur anak-anak secara halus.
Ada kisah dimana Nabi pernah menegur cucunya, Hasan. Waktu itu Hasan mengambil kurma sedekah lalu memasukkan kedalam mulutnya. Melihat perbuatan Hasan Nabi berkata “ Khuk, khuk, buanglah kurma itu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kita (keluarga Nabi) tidak makan dari sedekah”
Ensiklopedi Muhammad, Muhammad sebagai Pendidik, hal 73-75.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengembangan Anak Balita
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan hal tersebut di antaranya:
Mengembangkan Aspek Motorik
Ajaklah anak untuk berolahraga. Kegiatan tersebut sangat membantu melatih koordinasi motorik kasar yang berkaitan dengan keseimbangan dan pengendalian diri. Untuk melatih motorik halus bisa dilatih dengan melakukan keterampilan tangan, seperti menggambar, melipat, menggunting, atau menulis. Sedangkan, keterampilan kaki bisa dilatih dengan memanjat, menaiki tangga, atau bersepeda.
Mengembangkan Aspek Intelektual
Balita sudah mulai mengembangkan aspek intelektualnya meliputi pengembangan pemahaman tentang diri sendiri dan lingkungan. Rasa ingin tahu dalam diri balita mendorong mereka untuk banyak bertanya dan melakukan banyak eksplorasi dalam bentuk aktivitas motorik.
Pada usia balita, mereka mulai mengembangkan konsep-konsep dasar. Misalnya, mereka mulai memaknai konsep kehidupan, yang pada umumnya mereka anggap semua yang ada di dunia ini (bahkan termasuk benda mati) adalah hidup, seperti dirinya. Tentang kematian, umumnya anak menghubungkan kematian dengan pemahaman “pergi ke suatu tempat yang jauh”. Anak juga sudah mulai mengenal konsep ruang yang berkaitan dengan posisi (contoh: jauh-dekat dan atas-bawah). Balita juga sudah mulai mengenal konsep angka, waktu (meliputi nama hari, nama bulan, siang-malam, besok-kemarin), dan konsep diri (seperti nama, alamat, laki-perempuan).
Secara umum, pola pikir anak balita masih bersifat konkret. Misalnya, kata “dibuang” di benak anak-anak selalu identik dengan sampah. Ketika dia mendengar kalimat, “Pahlawan dibuang ke mana?” Anak tersebut menjawab, “tempat sampah.”
Mengembangkan Aspek Bahasa
Pada usia balita ini, anak mulai mempelajari kata-kata baru yang disertai dengan pemaknaannya melalui pergaulan (sosialisasi), media televisi, buku, dan radio. Biasanya, kata yang mulai berkembang pada anak adalah kata benda dan kata kerja.
Pada masa ini, anak mulai mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas. Biasanya, kata-kata yang sulit diucapkan dengan jelas oleh anak adalah kata dengan huruf Z, W, R, S, dan H. Pengucapan kata dengan huruf-huruf tersebut harus dilatih melalui permainan kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut.
Secara bertahap, anak mampu melakukan penyusunan kalimat meskipun baru terdiri atas tiga-empat kata. Biasanya, kalimat yang disusun baru terdiri atas kata benda atau kata kerja, misalnya “Ali mau minum”. Dengan kemampuan itu, anak mampu menjalin percakapan dengan teman sebaya ataupun orang dewasa. Dalam percakapannya, anak lebih senang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti bercerita tentang keluarga anak, permainan anak, atau hal-hal yang mereka sukai dan tidak disukai.
(Sumber: Halo Balita, Panduan untuk Ayah dan Ibu terbitan Pelangi Mizan)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak
Ayah, Bunda, pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.
Walaupun demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.
Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya mandi dan tidur sendiri. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritaka, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Ayah, bunda,..tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Dengan harapan, nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu orang tua dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.
Manfaat Dongeng untuk anak :
- Mengasah daya pikir dan imajinasi
- Menanamkan berbagi nilai dan etika
- Menumbuhkan minat baca
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Source : http://id-id.facebook.com/notes.php?id=339774493614&s=0
Tags
Pengetahuan Dunia