Terdapat berbagai jenis gangguan ketika tidur, parasomnia termasuk yang paling mengkhawatirkan dalam hal ini. Gangguan ini bisa membuat seseorang melakukan berbagai aktivitas tanpa disadari selama tertidur.
Jika dampak gangguan tidur pada umumnya hanya depresi dan kelelahan, dampak parasomnia bisa lebih parah lagi. Misalnya, saat seseorang berjalan sambil tidur, ia bisa mengalami kecelakaan. Atau jika merokok saat tidur, tempat tidurnya bisa kebakaran.
Dikutip dari ABC News, Senin (27/9/2010), berbagai jenis aktivitas mengkhawatirkan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Berjalan
Sleepwalking atau berjalan saat tidur bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk obat-obatan, stress, dan kurang tidur. Paling sering terjadi pada usia 8-12 tahun dan biasanya makin berkurang saat tumbuh dewasa.
Saat terbangun, seseorang yang berjalan dalam tidur, tidak bisa mengingat apa yang dilakukannya. Beberapa pelaku tindak kriminal juga menggunakan dalih ini sebagai pembenaran untuk menghindari hukuman berat.
2. Berbicara
Hampir semua orang pasti pernah menjumpai teman atau kerabatnya sedang ngelindur atau berbicara saat tidur. Selain dipicu oleh obat-obatan, perilaku ini juga bisa sebabkan oleh stress dan gangguan mental lainnya.
Ngelindur terjadi ketika seseorang berada pada fase tidur yang disebut Rapid Eye Movement (REM), sehingga bisa berkembang menjadi REM Behaviour Disorder atau gangguan perilaku REM. Pada gangguan yang lebih terkait pada penurunan fungsi otak ini, kata-kata yang diucapkan saat ngelindur cenderung kasar, misalnya berteriak, menjerit, atau mengumpat.
3. Makan, Minum, dan Merokok
Beberapa orang terbangun dengan rasa kaget, karena mendapati tempat tidurnya dipenuhi puntung rokok dan remah-remah sisa makanan. Meski demikian, orang tersebut tidak ingat bagaimana sampai ada makanan di tempat itu.
Ada juga yang makin terkejut, ketika mendapati kulkasnya kosong di pagi hari dan mengira ada pencuri kelaparan masuk ke rumahnya. Padahal tanpa disadari, ia berjalan saat tidur lalu mengambil makanan dan memakannya di tempat tidur.
Penyebabnya ada bermacam-macam, antara lain penggunaan obat-obatan antidepresi. Stress dan gangguan kesehatan, seperti wasir atau haemorrhoid yang dikabarkan juga meningkatkan risiko terbentuknya perilaku semacam ini.
4. Mengirim SMS
Remaja yang sudah merasa kecanduan teknologi tidak bisa lepas dari ponsel, sekalipun saat tidur. Dampaknya bisa berbahaya, sebab beberapa orang bisa mengirimkan SMS atau bahkan email saat terlelap dan ketika terbangun ia tidak ingat apa yang telah dilakukannya.
Berbeda dengan ngelindur, mengirim SMS saat tidur atau sleep texting lebih sering terjadi di fase awal, ketika seseorang belum benar-benar terlelap. Yang sering terjadi adalah ada SMS masuk, lalu secara otomatis tangannya mengetik balasan namun semuanya terjadi di luar kesadaran.
5. Berhubungan Seks
Journal of Sleep Research mencatat sekitar 8 persen penderita gangguan tidur pernah berhubungan seks tanpa sadar saat tidur. Angka ini diperoleh berdasarkan pengakuan pasangannya, sebab pelakuknya tidak dapat ingat apa yang dilakukannya sepanjang malam.
Seksomnia atau berhubungan seks saat tidur termasuk parasomnia yang digolongkan dalam subkategori confusion arrousals. Gangguan ini terjadi ketika seseorang kehilangan batas yang tegas antara status terbangun dan tertidur.
Serem ternyata gangguan parasomnia ini. Kamu pernah mengalaminya?
Sumber : health.detik.com
*****
SLEEP APNEA
Menderita sleep apnea mungkin lebih dari sekedar merusak konsep tidur sehat dan berkualitas Anda. Sebuah studi menunjukkan bahwa orang dengan sleep apnea berisiko tiga kali lebih besar mengalami kematian, dan risiko tersebut akan meningkat jika masalah tidur tersebut tidak diberikan penanganan yang baik.
Sleep apnea adalah msalah tidur yang umum dijumpai, sleep apnea menyebabkan napas berhenti sejenak ketika tidur dan kadang disertai dengan dengkuran. Sekitar 6% orang dewasa di Amerika Serikat menderita sleep apnea dari tingkat yang paling rendah hingga yang parah, dan 17% memiliki sleep apnea yang sudah -parah.
Di dalam studi tersebut, peneliti melibatkan lebih dari 1.500 orang dewasa yang telah di skrining selama 18 tahun untuk mendeteksi sleep apnea sejak awal penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 19% dari mereka yang menderita sleep apnea meninggal selama penelitian berlangsung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita sleep apnea hanya sebanyak 4%.
Di dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Sleep, para relawan menghabiskan satu malam di dalam laboratorium tidur dibawah pengamatan dan di skrining untuk sleep apnea. Selama 18 tahun penelitian, dari lebih 1500 orang relawan, 80 diantaranya meninggal. Dari keseluruhan risiko kematian selama penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa tingkat risiko kematian 3,2 kali lebih besar.
Hubungan antara sleep apnea dengan jantung sangat besar. Tentang 42% ematian pada orang yang menderita sleep apnea sering dihubungkan dengan penyakit jantung, dan risiko kematian dengan penyakit jantung tadi bisa 5 kali lebih tinggi dari pada sleep apnea yang tidak diberikan pengobatan.
Gejala sleep apnea :
- Sering terbangun dengan tenggoraokan serak dan atau kering
- Merasa ngantuk di siang hari
- Sakit kepala ketika bangun
- Pelupa, perubahan mood, dan gairah seks menurun sulit untuk tidur atau insomnia