Ajari Berenang Sejak Dini Agar IQ Anak Tinggi



Mengajari anak berenang sejak dini, akan meningkatkan IQ anak. Sejak dari bayi pun sebenarnya tidak masalah. Bahkan, bayi yang baru lahir sekalipun, tidak akan tenggelam jika dicemplungkan ke dalam air.

Hasil penelitian di Melbourne, Australia, menunjukkan, secara statistik IQ anak-anak yang diajarkan berenang sejak bayi lebih tinggi, ketimbang anak-anak yang tak diajarkan berenang atau diajarkan berenang setelah usia 5 tahun.

Anak-anak tersebut diukur IQ-nya ketika mereka berusia 10 tahun. Dan tak hanya itu, pertumbuhan fisik, emosional, dan sosialnya pun akan lebih baik.

Penelitian lain menunjukkan, bayi lebih gampang diajarkan berenang ketimbang orang dewasa, karena bayi tak pernah memiliki faktor X, misalkan bahaya. Bukankah bayi belum mengenal apa itu bahaya?



Lagipula, bayi sangat menyukai air, sehingga ia pun akan suka diajak berenang. Nah, hal ini akan membuatnya jadi lebih mudah belajar berenang.

Selain itu, bayi baru lahir hingga usia 3 bulan, bisa langsung nyemplung ke dalam air tanpa takut tenggelam, karena pada usia tersebut ia memiliki refleks melangkah yang banyak kegunaannya untuk berenang.

"Refleks melangkah merupakan salah satu refleks yang menyertai bayi seperti halnya refleks menggenggam dan refleks berjalan," jelas Dr. Karel Staa dari RS Pondok Indah, yang juga mantan perenang pemegang rekor 200 meter gaya dada pada 1960-1962.

Jadi, bila kita meletakkan bayi usia di bawah 3 bulan di dalam air, secara otomatis ia akan menggerak-gerakkan kakinya menyerupai paddle dog, sehingga tak tenggelam.



Bisa dikatakan, pada usia di bawah 3 bulan bayi sudah bisa berenang dengan gaya primitif. Bukan berarti setelah usia tersebut bayi tak bisa berenang lagi.

Kendati refleksnya sudah menghilang, ia tetap bisa melakukan gerakan berenang walaupun tak terorganisasi atau acak-acakan.

Soalnya, dengan ada gaya gravitasi, ia merasa ditekan dari bawah air sehingga ia bisa mengambang. Ia pun jadi senang. Apalagi sejak di perut ibu, bayi sebenarnya juga sudah berenang dalam air ketuban selama 9 bulan.

Setelah lahir, kemampuannya berenang tinggal ditingkatkan saja. Bahkan, sangking populernya berenang ini, di luar negeri sampai ada proses melahirkan yang dilakukan di dalam air.



"Secara medis, hal ini tak akan menimbulkan masalah karena merupakan proses alami." Jadi, tak ada alasan lagi untuk ragu-ragu mengajak si kecil berenang."

Tetap Harus Aman



Yang penting diperhatikan ketika berenang, bayi harus tetap merasa aman dan memang harus ada pengaman. Jadi, orangtua memang wajib untuk mendampinginya.

"Jika orangtua sama-sama masuk ke dalam air dan sama-sama berenang dengan bayi, maka selain merasa aman, bayi pun bisa merasakan ada respons dari orangtua," tutur Karel.

Di samping dengan orangtua mendampingi, juga bisa bermain dengan bayi sehingga ada interaksi antar manusia. "Ini merupakan salah satu keunggulan berenang."

Coba bandingkan kala bayi baru belajar duduk atau berjalan, apakah orangtua akan mendampingi dan melakukan gerakan yang sama terus-menerus dengan anak? Kan, enggak. "Nah, berenang lain. Mereka sama-sama masuk air, sama-sama berenang, sehingga rasa enjoy-nya lebih".



Ini akan berguna untuk perkembangan psikologis anak. "Itulah mengapa, kedua orangtua sebaiknya ikut bersama bermain di dalam air. Tentunya, berenang juga berguna untuk pertumbuhan".

"Motoriknya berkembang lebih pesat ketimbang ia hanya bermain di lantai." Bukankah saat berenang semua otot bekerja? Nah, kalau di lantai, hanya otot-otot tertentu yang bekerja.



Apalagi jika ibu memberikan baby walker, sehingga bayi jadi terbiasa berjalan dengan alat itu. Akhirnya, gerakan-gerakan ototnya jadi terbatas, karena hanya otot-otot tertentu yang bekerja. (Sumber)

Sumber : apakabardunia.com

Wê-Zëd

"Jam ± 05.00 – 05.30 bangun pagi lalu (biasanya lanjut kegiatan MCK, baru->) sholat shubuh, Jam ± 07.15 – 07.20 waktu berangkat ke kantor, Jam ± 12.15 – 13.30 ISHOMA (Istirahat, Sholat Dzuhur, Makan), Jam ± 15.30 (Sholat Ashar di kantor bila memungkinkan), Jam ± 16.00 – 17.00 (pulang ke rumah lanjut ISHOMA), Jam ± 17.45 – 18.30 (kegitan MCK, lanjut) Sholat Maghrib, selanjutnya santai nonton TV sambil ngemil atau makan lagi, Jam ± 19.30 – 20.00 Sholat Isya’, menyambung nonton TV dan lainnya, sekitar Jam ± 22.00 – 23.30 merebahkan diri untuk tidur dan melanjutkan kehidupan hari berikutnya."

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak