Nasehat Orangtua, Bekal Kehidupan yang Tidak Pernah Basi


Pantun+Nasehat.jpg (500×375)
“Dia” adalah hal yang dianggap menggurui tapi sesungguhnya berbagi. “Dia” sesungguhnya adalah petunjuk yang tidak berupa tanda panah. “Dia” yang entah dari mana datangnya tetapi menjadi sebuah dogma. Adalah nasehat. Rangkaian kata yang sekilas sok bijak tapi sesungguhnya menjadi bekal yang masuk akal.

Pintar Menempatkan Nasehat untuk Anak

Masa muda, ketika darah belum berusia terlalu tua, luapan emosi menjadi hal yang seringkali terjadi. Sangat tidak mengherankan jika mereka kemudian menjadi pribadi yang meledak-ledak, mudah terbawa arus dan sok hebat. Nasehat dari orang yang memang sudah seharusnya didengar kerap dianggap sebagai ocehan belaka.

Ketika membicarakan masalah kejiwaan, perilaku anak muda yang seperti itu memang sebuah hal yang normal. Kecenderungan untuk mengabaikan berbagai nasehat yang masuk, sangat besar. Karena ketika nasehat diberikan dan mereka mengganggap hal itu sebagai ocehan, sesungguhnya ada sesuatu yang tengah terjadi di hati dan pikiran mereka. Sebuah pertentangan antara apa yang dianggapnya benar, dengan reaksi orang-orang di sekitar.

Maka dari itu, masa muda umumnya sering juga dijuluki sebagai masa pencarian jatidiri. Mereka menimbang, baik dan buruk tanpa pegangan yang jelas. Dalam hal ini, nasehat bisa menjadi salah satu senjata ampuh untuk menolong mereka. Sayangnya, tidak semua nasehat mendapat sambutan baik. Ya itu tadi, nasehat cenderung diabaikan dan dianggap gak penting.

Nasehat bahkan bisa menjadi alat untuk membangun jatidiri si anak. Konteksnya sudah bukan lagi mencari jatidiri, tapi menciptakan jatidiri. Sebuah pembentukan jatidiri yang dilandasi dengan nasehat-nasehat baik, kemungkinan besar akan mencetak anak-anak dengan perilaku yang juga baik. Jangan tanyakan kenapa, karena itu sudah seperti sebuah rumusan.

Lalu, bagaimana dengan anak yang di rumahnya selalu diperlakukan baik dan ia pun bersikap baik, tapi ternyata ketika ia berada di luar rumah, peringainya berubah? Jika ini yang terjadi, hal yang harus dilakukan adalah mulai memerhatikan lingkungan sosial anak. Karena bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial, ia hidup tidak hanya dengan orangtua yang selalu memberikan nasehat, memberikan contoh baik, tapi juga dengan teman-teman yang datang dari beragam latar belakang keluarga yang berbeda.

Pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial, memiliki peran sekian persen dalam membentuk kepribadian anak. Tapi, bukan berarti Anda membatasi pergaulan anak dengan teman-temannya. Hal yang perlu dilakukan dan ini sudah cukup membantu adalah, berikan nasehat yang sifatnya netral. Jangan secara langsung mengatakan bahwa temannya tidak baik, tapi arahkan anak Anda untuk bisa tetap bersikap baik di tengah teman-temannya yang berperingai kurang baik.

Mengapa nasehat seperti itu yang diberikan? Karena dengan begitu, Anda sudah memosisikan diri tengah berada di pihaknya dan seolah mengerti apa keinginannya. Dengan demikian, anak akan merasa nyaman. Dampak baiknya adalah, Anda tidak akan dianggap sebagai guru cerewet yang membosankan, tapi teman dan sahabat yang asyik.

Pendekatan seperti ini jauh lebih ampuh daripada Anda marah-marah dengan tangan di pinggang. Apa yang Anda maksudkan nasehat pun hanya akan berakhir sebagai ocehan kaleng rombeng di telinga anak. Jika demikian, komunikasi dua arah tidak akan terjadi, masalah semakin menumpuk, jurang antara orangtua dan anak semakin lebar, kontrol sosial Anda terhadap anak mengendur, dan akhirnya, boom, seperti bom waktu, masalah besar yang berhubungan dengan anak akan mengejutkan Anda.

Menjadi orangtua sama sekali bukan pekerjaan mudah, setidaknya itulah yang banyak dibahas oleh para pakar yang berhubungan dengan dunia keluarga. Kewajiban untuk memberi nasehat tidak sejalan dengan hak mendapatkan “penghormatan” dari anak. Menghadapi hal ini membutuhkan mental yang kuat. Karena jika tidak, siapa nanti yang akan membimbing anak-anak? Siap nanti yang akan rela memberikan nasehat gratis, pagi, siang dan malam jika mental Anda "lemah"?

Nasehat Orangtua Adalah Santapan Rohani bagi Anak-anaknya

Percaya atau tidak, itulah kenyataannya. Sekeras apapun kepala seorang anak, pasti akan luluh dengan kata-kata lembut bernada rendah dan belaian seorang ibu. Nasehat bisa “dikemas” dengan cara seperti itu. Ketika anak tumbuh dewasa, dia mulai dihadapkan pada keadaan hidup yang sesungguhnya, kesadaran betapa nasehat orangtua adalah penting, akan membawanya pada sebuah perubahan.

Ketika Anda memberikan nasehat, sekilas si anak memang seperti tidak mendengarkan, tapi sungguh kalimat yang lirih dan penuh harap itu membekas di hati dan pikiran mereka. Itu adalah asupan bagi jiwanya yang dirasa kering. Ketika nasehat masih Anda berikan, bagaimanapun juga, anak akan merasa masih tetap diperhatikan.

Bandingkan hal di atas dengan seorang anak yang sama sekali tidak dipedulikan oleh orangtuanya. Nasehat pasti akan menjadi hal yang jarang sekali terlontar dari mulut kedua orangtuanya. Dan itu, akan membuat jiwa si anak tak tersirami kasih sayang. Dampak buruknya adalah si anak akan mencari “santapan rohani” di luar sana.

Melampiaskan kerinduan akan perhatian kepada hal-hal yang akhirnya bertujuan hanya untuk diperhatikan. Parahnya, tak jarang, hal-hal tersebut justru menjurus ke arah salah.

Jangan putus asa untuk memberikan nasehat kepada anak, karena lambat laun, anak pun akan mengerti dan sadar bahwa betapa sayangnya orangtua kepada mereka. Ini memang membutuhkan waktu yang lama, karena ini adalah sebuah proses. Sebuah proses seorang anak tumbuh menjadi dewasa. Masa-masa itu menjadi rentan jika tidak ada andil orangtua di dalamnya, dan nasehat adalah hal sederhana penuh arti yang bisa Anda berikan.

Bentuk Lain dari Kasih Sayang Orangtua Itu Bernama Nasehat

Sesungguhnya di balik ocehan yang dianggap kolot dan basi, tersimpan sebuah kesegaran yang akan membuat jiwa dan ragamu kembali segar. Tidak percaya? Coba beberapa hari minta orangtua mendiamkanmu, dan rasakan apa yang terjadi. Sesak dan pasti akan merasakan seolah kamu ada di dunia yang berbeda, bukan? Karena sesungguhnya, nasehat orangtua adalah ibarat air di gurun pasir.

Pernah berpikir untuk apa kamu dilahirkan? Untuk apa ada dua orang tua di rumah yang biasa dipanggil ibu dan ayah? Ya untuk itu, untuk melindungimu. Melindungimu dengan cara mereka. Sebuah cara yang kadang justru dianggap ancaman. Salah satu cara mereka melindungi anak-anaknya adalah dengan memberikan nasehat.

Pemahaman tentang ini memang tidak bisa dipaksakan. Sekuat apapun usaha untuk meyakinkan bahwa nasehat itu adalah bukan sebuah ocehan belaka tanpa makna, selama anak belum merasakan sendiri tuah dari nasehat, maka usaha itu niscaya akan sia-sia. Tapi orangtua tidak akan pernah putus asa. Mereka tidak akan pernah bosan membimbing dengan nasehat-nasehat.

Nasehat sederhana yang bisa jadi menjadi nasehat paling umum dititipkan adalah,

  • "Pulang terlalu larut tidak baik bagi kesehatan." Nasehat itu terdengar sangat mennggurui, tapi sesungguhnya ada kekhawatiran mendalam di hati orangtua. Bahwa membiarkan anaknya berada di luar rumah dalam keadaan gelap sama sekali tidak nyaman. Apapun bisa terjadi pada anaknya, dan itu adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh orangtua manapun.
  • "Terlalu banyak main tidak baik untuk nilai-nilai ujianmu." Nasehat ini seolah melarangmu untuk bermain. Sadarkah bahwa ini juga merupakan bentuk kekhawatiran. Orangtua khawatir, jika nilaimu buruk, kamu tidak lulus, kamu lalu bersedih. Dan hal itulah yang sebisa mungkin ingin dihindari orangtua, melihat anaknya bersedih.
  • "Jaga diri, jangan telat makan, istirahat yang cukup, ibadah nya jangan ditinggal." Nasehat yang ini biasanya didapat oleh seorang anak yang hidup jauh dari orangtuanya. Jarak yang jauh sesungguhnya memberikan kekhawatiran yang besar. Rasa was-was selalu menghantui setiap saatnya, tapi yang keluar dari mulut kedua orangtua pada akhirnya hanya itu. Di tengah kekhawatiran orangtua, mereka masih memikirkan kenyamananmu. Mereka tidak ingin kamu berpikiran bahwa mereka masih menganggapmu anak-anak.


Pada akhirnya, nasehat orangtua akan terasa berharga ketika kita sudah mulai mengerti. Sudah mulai tumbuh menjadi dewasa dan mulai berhadapan dengan kerasnya kehidupan. Nasehat yang diberikan sejak kamu kecil, yang dianggap basi sesungguhnya adalah bekal kehidupan yang tidak pernah basi.

Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak